Bagian 10: Berondongku

23 8 14
                                    

Dipersembahkan oleh : Bayobayway__

Nathalie masih berkutat dengan laptopnya dan telepon kantornya yang tidak henti-hentinya berdering. Bekerja sebagai asisten dari seorang pengacara terkenal cukup melelahkan.

Lagi-lagi ada panggilan masuk dari klien atau dari pengadilan. Zaman sekarang, masalah sedikit aja langsung main tuntut ke pengadilan.

"Na, gimana soal jadwal saya?" tanya Yuna, selaku atasan Nathalie. Lihatlah, wanita berkepala empat ini masih terlihat muda, padahal jadwal tugasnya begitu menumpuk.


 Lihatlah, wanita berkepala empat ini masih terlihat muda, padahal jadwal tugasnya begitu menumpuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sedangkan Nathalie seperti sudah merasakan kerutan di wajahnya karena stres bekerja.

"Untuk jadwal Ibu selanjutnya Senin, 7 Oktober, ini soal kasus pembunuhan waktu itu yang sempat tertunda," jelas Nathalie, dijawab dengan anggukan pelan oleh Yuna.

"Nanti tolong siapkan berkas-berkas yang saya suruh ya," pinta Yuna.

"Baik, Bu, nanti biar saya siapkan."

"Kamu urus klien kalau ada yang datang ke sini ya, Na, saya harus ketemu klien dulu."

Nathalie mengiyakan perintah atasannya itu dan kembali berkutat dengan laptopnya. Tiba-tiba, ponsel miliknya berdering. Nathalie lirik nama yang tercantum di sana.

👤 Bunda
is calling ....

Nathalie menghela napasnya. Kalau bundanya udah nelpon sudah seperti ini ga akan  jauh-jauh dari dua hal: soal keadaan ayahnya yang tengah sakit atau bisa jadi soal...

"Halo, Bunda..."

"Halo, Na, gimana kabar kamu?"

"Alhamdulillah aku baik kok, Bun. Kalau Bunda gimana? Ayah juga udah mendingan belum, Bun?"

"Bunda sehat, Ayah juga udah lumayan mendingan. Oh ya, Na, Bunda mau tanya, kamu gimana soal perjodohan yang Bunda pernah bilang?"

Nah, inilah pertanyaan yang selalu bundanya bicarakan lagi dan lagi. Soal perjodohanlah, kapan nikah, lah. Udahlah, Nathalie muak dengan semua pertanyaan itu.

"Bunda... Nana masih sibuk buat kerja. Soal nikah-nikah itu gampanglah, Bun," jawab Nathalie menyepelekan permintaan yang selalu bundanya bahas itu.

"Na, kamu itu udah masuk usia menikah, loh. Jangan digampang-gampangin. Ayah udah sering sakit-sakitan, Bunda juga udah tua. Kita sebagai orang tua cuma pengen lihat kamu di pelaminan."

"Bunda, jangan ngomong kayak gitu dong, jangan buat Nana kepikiran."

"Bukan begitu, Na, tapi—"

Suara bundanya terpotong tiba-tiba. Nathalie pikir panggilan tidak sengaja tertutup, tapi ternyata masih terhubung.

"Halo, Bunda...? Bun—"

Bitter-SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang