Di bawah langit yang berat,
kulihat bayang pohon tanpa ranting,
mengakar dalam diam,
sendiri, namun teguh merangkul bumi.
Aku anak sulung,
tanpa tangan yang dulu menuntun arah,
menjadi pilar yang menggantikan bayang-bayang lelah.Ibu, seperti tanah kering menunggu hujan,
dan adik-adikku, burung-burung kecil yang ingin terbang.
Di tengah badai, aku payungi mereka dengan dada yang kosong,
tak ada genggaman yang bisa kuminta,
hanya doa yang kugenggam dalam sunyi malam.Di pundakku, beban yang tak terlihat,
berbentuk doa-doa tak terucap.
Aku membangun altar dari langkah-langkah tak pasti,
agar mereka tahu,
bahwa di tengah kejatuhan,
masih ada langit yang bisa digapai,
masih ada Tuhan yang memeluk dari kejauhan.Dan meski tak ada uluran tangan yang tersisa,
aku adalah akar yang mencengkeram bumi
Memberi hidup pada yang terlindungi dibawah daunku
Kami akan terus bertahan
Berdiri dalam doa, meski hujan tak kunjung datang
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Hujan, Masih Ada Tuhan
PoetrySinopsis "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" Dalam perjalanan hidup, badai seringkali datang tanpa peringatan-mengguncang keyakinan, memporak-porandakan harapan, dan membawa perasaan sepi yang pekat. "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" adalah sebuah kar...