Di dunia ini,
ada pohon-pohon tinggi yang tak pernah jatuh,
di bawahnya, bayang-bayang yang melindungi setiap jiwa,
tak peduli apakah mereka terikat simpul,
atau berjalan sendiri di sepanjang jalan yang sepi.Menikah,
adalah tali yang menghubungkan dua akar,
tumbuh bersama,
mencari matahari yang sama,
tapi ada juga jiwa yang memilih tumbuh sendirian,
menyentuh langit dengan ranting yang tak berbagi,
namun tetap kokoh, tetap mekar dalam sunyi.Tiap insan punya tempat untuk bersandar,
entah itu dinding yang mereka bangun bersama,
atau langit malam yang selalu setia,
menjadi atap bagi mereka yang berjalan tanpa pasangan.
Ada kursi di bawah pohon rindang,
untuk mereka yang duduk berdampingan,
dan ada juga batu besar di tepi sungai,
bagi mereka yang mendengarkan air berbicara sendiri.Kita semua mencari tempat,
entah dalam pelukan pasangan yang erat,
atau dalam dekapan malam yang tak pernah menuntut apa pun.
Di sana, dalam kesendirian atau kebersamaan,
masing-masing menemukan kedamaian,
seperti angin yang selalu menemukan jalan pulang,
tak peduli di mana ia berhembus.Menikah atau tidak,
tak ada jiwa yang tersesat,
karena kita semua punya tempat,
untuk bersandar pada hari yang panjang,
dan memejamkan mata dengan tenang
di bawah langit yang luas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Hujan, Masih Ada Tuhan
PoesíaSinopsis "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" Dalam perjalanan hidup, badai seringkali datang tanpa peringatan-mengguncang keyakinan, memporak-porandakan harapan, dan membawa perasaan sepi yang pekat. "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" adalah sebuah kar...