Di ujung senja,
ada bayang yang menggantung,
seperti kata yang tak pernah selesai diucap,
seperti langkah yang terhenti di antara bumi dan langit.
Mereka pergi,
tanpa salam terakhir,
tanpa jejak di jalan yang dulu kita tapaki bersama.Penghiburan ini,
adalah angin yang datang tanpa suara,
membelai kulit tanpa pernah benar-benar hadir,
ia menebar bisik lembut di antara ranting-ranting patah,
namun tak pernah bisa menggantikan kehangatan yang hilang.Mereka yang tak pulang,
adalah bintang yang terbenam di balik awan,
membawa cahayanya ke langit yang tak bisa kita gapai,
dan kita di sini,
terus menunggu di tepi malam,
dengan lilin yang semakin pendek,
dengan harap yang semakin buram.Penghiburan ini,
adalah riak ombak yang memeluk karang,
berulang kali menenangkan,
namun tak pernah menghapus bekas hujan yang menggaris di jantung laut.Kita yang ditinggalkan,
adalah pelaut tanpa pelabuhan,
menyusuri samudra yang tak pernah bertepi,
dalam doa-doa yang tersembunyi di balik tangis,
menunggu jawab dari angin yang tak pernah datang.Namun, di tengah kesunyian,
ada janji tak kasat mata,
bahwa meski mereka tak kembali,
ada keabadian yang tak terputus oleh jarak dan waktu,
di mana jiwa-jiwa mereka melayang,
dalam pelukan yang tak pernah benar-benar jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Hujan, Masih Ada Tuhan
PoetrySinopsis "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" Dalam perjalanan hidup, badai seringkali datang tanpa peringatan-mengguncang keyakinan, memporak-porandakan harapan, dan membawa perasaan sepi yang pekat. "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" adalah sebuah kar...