Di tepi jurang, langkahku terhenti,
Semua orang bertahan, dalam kepastian mereka,
Aku, terasing, dalam badai pikiran,
Bertanya pada bayang sendiri, "Apakah salahku?"
Jejalan setapak, di kanan kiri jurang dan sungai,
Membawa resah dalam benak yang mendalam,
Ribuan pertanyaan, terjerat dalam hening,
Tak terjawab, terpendam dalam diam.Kepada kancil, aku mengadu,
"Ke mana arahku, tanpa teman sejati?"
Namun kancil itu, bagai bayangan,
Menghilang dalam langkah, tanpa memberi arti.
Langit membisu, seakan tak peduli,
"Haruskah aku melangkah tanpa pegangan?"
Pohon di depan, bersandar pada akar,
Namun aku, melayang di antara pilihan.Di persimpangan ini, hati bergetar,
Kepastian ada, meski langkah tercekat,
Pilihan terbentang, namun keberanian sirna,
"Bagaimana meninggalkan, jika itu yang kukenal?"
Di dalam sunyi, kuhadapi ketidakpastian,
Merenung, terduduk di atas bayang sendiri,
Mungkin perjalanan ini, bukan tentang jawaban,
Tetapi tentang berani menghadapi ketidakpastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Hujan, Masih Ada Tuhan
PoesíaSinopsis "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" Dalam perjalanan hidup, badai seringkali datang tanpa peringatan-mengguncang keyakinan, memporak-porandakan harapan, dan membawa perasaan sepi yang pekat. "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" adalah sebuah kar...