Bagiku, asmara hanyalah bayang semu,
remahan bunga kering yang tertinggal,
terbawa angin tanpa suara,
jatuh di atas tanah yang tak lagi hidup.Di sana, di atas makam sunyi,
cinta berbisik seperti angin tua,
tak ada harum, hanya serpihan waktu
yang pernah mekar,
lalu layu tanpa disapa kembali.Tanganku menyentuh kelopak-kelopak usang,
yang dulu pernah diberi arti,
tapi kini, warnanya memudar,
seperti mimpi yang dilupakan di ujung pagi.Asmara adalah ilusi yang tergilas,
ditinggalkan di bawah langit abu-abu,
aku tak lagi percaya pada janji-janji
yang diselimuti kabut,
hanya remahan ini,
jejak terakhir dari apa yang dulu disebut cinta.Bunga kering itu,
menjadi saksi bisu atas yang terkubur,
dan aku?
Aku melangkah pergi,
tanpa melihat kembali,
karena asmara bagi jiwaku yang diam,
hanyalah serpihan yang terbawa angin,
di atas makam yang tak lagi dikenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Hujan, Masih Ada Tuhan
PoesíaSinopsis "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" Dalam perjalanan hidup, badai seringkali datang tanpa peringatan-mengguncang keyakinan, memporak-porandakan harapan, dan membawa perasaan sepi yang pekat. "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" adalah sebuah kar...