Aku adalah daun yang jatuh,
terbang rendah, tak terlihat dalam arus angin yang riuh.
Di mata mereka, aku hanya bayang samar,
tak ada warna yang pantas dikenang,
seperti reruntuhan bintang yang tak pernah sampai.Mereka ingin aku menjadi langit,
terbentang biru tanpa cacat,
namun aku hanyalah sepotong malam,
penuh retakan dan bintang yang malu-malu.Hari demi hari, aku tenggelam dalam bayangku sendiri,
mencoba meraih sinar yang tak pernah kumiliki.
Cermin memantul wajah yang asing,
seolah tanah ini tak pernah mengakui kehadiranku,
seperti pohon yang tak lagi memberi naungan.Apakah aku buruk karena tak bisa sempurna?
Aku mencoba, tapi selalu tak sampai,
seperti pelangi yang menghilang sebelum dilihat.Bumi berputar,
namun langkahku terseok di tepinya,
seperti debu yang tak punya rumah,
tertiup ke sana ke mari, tanpa arah, tanpa suara.Dan kini, dalam sunyi ini, aku bertanya,
jika aku adalah bayangan yang tak pernah utuh,
apa gunanya matahari terbit di hari esok?
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Hujan, Masih Ada Tuhan
PoetrySinopsis "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" Dalam perjalanan hidup, badai seringkali datang tanpa peringatan-mengguncang keyakinan, memporak-porandakan harapan, dan membawa perasaan sepi yang pekat. "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" adalah sebuah kar...