Di ambang senja yang belum sempat datang,
ada napas yang retak, hampir hilang,
seperti lilin kecil di tengah badai,
tak punya harapan, hanya bergetar
di antara kelam dan cahaya samar.Jiwa itu rapuh, terperangkap dalam jurang waktu,
muda, namun terbakar terlalu cepat,
seperti daun yang gugur sebelum musimnya,
berjatuhan di tanah yang dingin dan sunyi,
hampir hilang, hampir tak terdengar.Tapi di antara serpihan gelap,
ada bisikan yang lembut,
datang dari sudut langit yang terlupakan,
seperti suara angin yang membawa harapan,
mengangkat jiwa yang tenggelam di bawahnya.Tuhan menyelamatkannya,
bukan dengan gemuruh atau kilat,
melainkan dengan sentuhan halus,
seperti embun yang jatuh di atas tanah gersang,
membangunkan mimpi yang sudah hampir terkubur.Dia menarik jiwa itu dari tepi jurang,
mengembalikan napas yang hilang,
seperti burung yang terbang lagi,
setelah hampir ditelan malam.
Ada fajar yang belum sempat datang,
dan kini, cahayanya mulai terasa,
memeluk jiwa yang hampir mati muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Hujan, Masih Ada Tuhan
PoetrySinopsis "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" Dalam perjalanan hidup, badai seringkali datang tanpa peringatan-mengguncang keyakinan, memporak-porandakan harapan, dan membawa perasaan sepi yang pekat. "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" adalah sebuah kar...