Menunggu dalam Kabut yang Tak Bernama

3 0 0
                                    

Kamarku setia menungguku,
dindingnya berbicara diam,
lantainya berdebu rindu,
seperti bisik angin yang terlupakan.

Tempat tidur sunyi,
kasur kusut memeluk kehampaan,
tak ada jejak yang tinggal selain bayangan,
mengintip di antara sela malam.

Waktu beringsut pelan,
mengganti selimut dengan dingin yang tak berujung,
seperti aku—terus terjerat
dalam labirin penantian yang kusut,
entah kapan kau pulang,
entah kapan abu-abu ini akan berhenti,
menghantui jarak yang tak pernah jelas.

Aku menunggu,
tapi apakah kau tahu?
Aku berdiri di tengah badai tak berwarna,
di antara harap dan lenyap,
kau melangkah, menghilang,
dan aku terus tenggelam,
dalam sesuatu yang tak bernama.

Diujung Hujan, Masih Ada TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang