Hatiku adalah tanah yang terbuka,
Kering di bawah matahari yang terik,
Namun, di bawahnya tersembunyi mata air—
Menunggu tangan lembut menggali dan menemukan.Kau datang seperti angin senja,
Membangun dinding-dinding dari cinta yang tak bertepi,
Tiang-tiangnya dari doa,
Dan jendelanya dari cahaya harapan yang tak pernah padam.Di istana ini, tidak ada pintu terkunci,
Setiap ruangan adalah pelukan yang menunggu,
Untuk jiwa-jiwa yang tersesat,
Dan hati-hati yang terluka mencari rumahnya.Cintamu bukan milikku seorang,
Tetapi melingkupi setiap sudut, setiap lorong,
Membawa mereka yang hilang kembali pulang,
Membawa damai dalam kekalutan mereka.Aku hanya rumah,
Tapi Kau adalah Raja yang mengisinya,
Dengan janji abadi yang tak tersuarakan,
Dengan cinta yang tak mengenal batas waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diujung Hujan, Masih Ada Tuhan
PoetrySinopsis "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" Dalam perjalanan hidup, badai seringkali datang tanpa peringatan-mengguncang keyakinan, memporak-porandakan harapan, dan membawa perasaan sepi yang pekat. "Di Ujung Hujan, Masih Ada Tuhan" adalah sebuah kar...