Elana menatap dalam-dalam sosok punggung ibunya yang tengah sibuk memasak. Olivia membalikkan tubuhnya menatap putrinya. Elana langsung mengerjapkan matanya kala melihat ibunya menatap dirinya.
"Apa, mom?"
Olivia mengulum senyumnya, "Mom kehabisan stok gula sama garam."
"Mau aku bantu suruh bibi pergi ke supermarket?" Tanya Elana.
Olivia menggeleng, "Bibi lagi liburan, mereka gak ada hari ini,"
Elana menggeplak jidadnya seketika, "Ah, aku lupa! Yaudah, aku aja yang pergi."
"Eh, jangan! Ini terlalu malam, mom aja yang pergi. Kamu jaga rumah 'ya?" Ucap Olivia lalu melepas celemeknya.
Elana berdiri, "Aku aja, gapapa! Mom pasti capek,"
Olivia menyerngit, "Tapi---"
"Aku pergi dulu!" Sela Elana langsung berlari keluar setelah mengambil uang di atas meja.
Olivia menatap putrinya lalu menghela nafas, "Jangan lama-lama, Elana! Udah malam!"
•••
Elana mengeluarkan selembar uang kepada kasir. Ia membawa belanjaannya lalu berjalan keluar meninggalkan supermarket. Karena waktu mendekati larut malam, jalanan begitu sepi tanpa ramainya orang di saana.
Elana hendak menyebrang luasnya jalanan, namun tiba-tiba...
BRAKKKK
barang belanjan yang di bawanya jatuh berserakan di atas aspal. Elana tertabrak oleh sebuah mobil, samar-samar ia bisa melihat plat nomor mobil tersebut sebelum ia memejamkan matanya.
'Apalagi ini, Tuhan..?'
•••
Aletha berlari menabrak apa saja yang menghalangi jalannya. Ia berlari secepat mungkin menuju kelas membuat beberapa orang di sana menatapnya bingung.
"ELANA KECELAKAAN!" Teriaknya lantang.
Karena di dalam kelas hanya ada Billa, Sofya, Soya, Doya, Bella. Jadi, suara mengejutkan itu berhasil membuat semuanya menatap kaget.
"Apa lagi yang nimpa dia?" Kata Soya frustasi.
"K-KEJADIANNYA KAPAN?!" Pekik Billa.
"Pelan-pelan anjrit! Kuping gue sakit!" Sentak Bella mengusap telinganya.
"Kita.. Izin ke guru? Kita harus jenguk Elana," Ujar Doya menatap semua temannya.
Aletha mengangguk mantap, "Harus!"
•••
Aletha merasa terpatung kala melihat seberapa sedih air mata Olivia turun meratapi nasib putrinya yang terbaring kembali di atas ranjang rumah sakit. Semua teman-teman Aletha hadir, mereka turut menangis melihat hal ini. Elana.. Sampai kapan ini berakhir?
Aletha mengepalkan tangannya, "Amora.." Desisnya.
Billa menoleh ke arah samping, tempat Aletha berdiri, "Apa lagi yang dia mau? Elana udah gak tinggal satu atap sama dia,"
Aletha mendengus, "Ya sebab kelakuan jelek dia bocor ke publik. Apalagi? Dia masih belum puas buat Elana sakit,"
Soya mengangguk, "Dia penjahat! Amora bajingan!" Murkanya.
"Santai, Soya. Kita bahas ini nanti 'ya? Sekarang, kita tunggu Elana sadar dulu," Timpal Doya yang diangguki oleh yang lain.
Aletha menundukkan kepalanya, "Elana bakal terus di incar sampai.."
".. Dia benar-benar musnah dari mata Amora,"
•••
"Please, bawa gue ke tempat akses cctv di jalan itu.."
"Kiss dulu,"
"VAN!" Geram Aletha melotot tajam.
Rafael terkekeh. Ia mencubit gemas pipi Aletha, "Bercanda, Sayang."
"Ayo ke sana! Nanti gue mau nemuin Elana lagi!" Ujar Aletha menarik narik tangan Rafael.
Rafael menaikkan sebelah alisnya, "Elana sepenting itu 'ya?"
"Pentinglah! Hidup dia penting!"
Rafael terdiam sejenak, "Kalo gitu, aku mau Elana mati. Gimana?"
Aletha terbelalak, "Van? Are you kidding?"
Rafael mengedikkan bahunya, "Sure,"
Aletha hendak menampar Rafael, tapi tangan kekar pria itu segera menggenggam pergelangannya, Rafael tersenyum manis, "Bercanda," Katanya tertawa tanpa tasa bersalah.
"LO!!"
Aletha berhenti bicaranya kala melihat Liam yang dari jauh mengamatinya. Aletha seketika membeku mendapati tatapan tajam dari Liam, 'Dia mau makan gue?'
Rafael menepuk pipi Aletha membuat gadis itu mengerjap, "Ngelamun, huh?"
Aletha berdecak, "Udah ayo! Kita gak punya banyak waktu!" Ia menarik tangan Rafael dan sesekali menghindari kontak mata dari Liam.
Liam menatap keduanya dengan datar.
Sorry gak banyak up, mau hiatus tpi ragu..
pas liat banyak yang baca + masukin cerita ini ke daftar list bacaan fav aku jadi makin berbunga bunga😓🌸 VOTE!!TAMBAHAN : Aku buat cerita baru lho! Mau baca?
judul : Me, You, and Jogja
BANTU RAMEINNN
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI SANG PENULIS [On Going]
Fantasy"Cakep juga dunia fiksi hasil tangan gue," Ucap seorang gadis yang memandang takjub pada dunia novel ciptaannya. "Asal lo pada tau! kalo bukan karena gue, gak ada yang namanya dunia novel 'Love for Morael' anjir! Lo pada gak bakal hidup kalo bukan k...