Persuade

579 95 90
                                    

"Chris!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chris!"

Pintu yang didorong keras dari luar ruangan, membuat dua pria beda usia yang ada di dalam ruangan itu menoleh serempak ke arah pintu itu. Pria tua yang tengah berbicara serius dengan putranya itu, langsung menatap tajam pemuda manis yang kini mematung di pintu sana.

Pria tua itu menoleh pada sang putra. "Kau masih bermain-main dengannya?"

Chris, sang putra, menghela napasnya. "Maaf, Ayah."

"Karena inilah kau tidak bisa bekerja dengan penuh. Kau terus mengurus benalu sepertinya. Kapan kau bisa dapatkan apa yang aku minta, huh?"

"Secepatnya, Ayah. Aku tidak akan bermain-main lagi setelah ini."

Pria tua itu mendengus. Ia kemudian beranjak dari duduknya, lalu berjalan menuju ke arah pintu. Ia menghentikan langkahnya saat sampai di depan pemuda manis yang kini menundukkan kepalanya takut.

"Alat yang sudah tidak dibutuhkan sebaiknya segera kau singkirkan, Chris. Apa kau lupa apa yang selalu kuajarkan padamu?" Pria tua itu bicara pada Chris tapi terus menatap tajam ke arah pemuda manis di depannya.

"Maaf, Ayah. Tapi dia tetap orangku. Masih ada yang harus ia lakukan bersamaku."

Pria tua itu terkekeh sinis. "Ohh, masih butuh tubuhnya untuk pelampiasan hasratmu? Bermain dengan aman. Aku tidak mau punya keturunan yang asal usulnya tidak jelas."

"Aku mengerti, Ayah."

Pria tua itu kemudian meneruskan langkah kakinya keluar dari ruangan itu. Meninggalkan pemuda manis yang masih menunduk sambil menggertakkan giginya. Hatinya sakit mendengar perkataan pria tua itu yang seolah menganggapnya hanya sebuah alat yang bisa kapanpun dibuang jika sudah tidak dipakai lagi. Apalagi ia juga dianggap hanya pelampiasan untuk kebutuhan biologis Chris.

Chris menghela napasnya. Ia beranjak dari tempatnya, lalu mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya yang tadi diduduki oleh sang Ayah. Ia menatap pemuda manis yang masih terdiam di tempatnya.

"Lain kali, masuklah dengan sopan." ujar Chris. "Kau bukan anak kecil yang harus kuajarkan ini-itu lagi kan, Hannie?"

Han mendongak dengan mata tajam yang langsung menghunus pada Chris. "Kenapa kau tidak membelaku?"

"Kau tau bagaimana sifat Ayahku, Hannie. Aku malas berdebat dengannya."

"Setidaknya kau juga jangan ikut-ikutan menganggap aku seperti alat." gigi Han bergemelutuk. "Bukan aku yang tidak mau berpisah darimu. Kau yang meminta padaku agar aku bertahan denganmu. Aku sudah berkali-kali ingin lepas darimu, tapi kaulah yang terus memohon dan terus mengawasiku agar aku tidak pergi. Apa kata-kata Ayahmu itu benar? Kau hanya butuh aku untuk pelampiasan hasratmu saja? Apa kau juga berpikir aku semurahan itu?"

Chris menghela napasnya. "Kemarilah."

Han bergeming.

"Hannie." panggil Chris lagi.

[ HyunLix ] - CerberusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang