Part 12

121 24 10
                                    

Gamaliel melebarkan matanya tidak percaya, dia masih menatap yang lebih tua dengan tatapan penuh keraguannya.

"Kenapa?" Tanya Bastian sambil mengangkat satu alisnya.

"Tapi kan, k-"

"Tidak mungkin aku mengajakmu kesana hanya untuk menemaniku membeli barang-barang ku. Aku bisa pergi sendiri untuk membelinya! Ambillah, aku membelikannya untukmu!" Gamaliel gelagapan mendengar hal itu.

"T-tapi ini semua ma-hal..." Cicit pemuda itu, membuat Bastian tersenyum tipis.

"Memangnya kenapa kalau mahal, hm?" Tanya Bastian.

"Aku bisa pakai bekas kakak saja," raut wajah Bastian seketika mendatar mendengar hal itu.

"Terima ini, dan jangan banyak penolakan!" Ujar Bastian sambil melemparkan barang-barang itu ke atas kasur Gamaliel, kemudian keluar dari kamar itu.

Hatinya kalut mendengar kalimat Gamaliel tadi, dia tiba-tiba saja marah dan merasa tidak senang dengan kalimat itu, membuatnya lebih baik pergi daripada bisa menyakiti Gamaliel.

Sedangkan disisi Gamaliel, pemuda itu memandang senduh pintu kamarnya setelah sang kakak pergi dari sana.

"Aku minta maaf, kak... Pasti kakak tersinggung," lirihnya sambil meneteskan air mata.

Dia masih kaget dengan perubahan sang kakak, jadi wajar saja jika dia masih seperti ini. Memangnya siapa yang tidak kaget Diperlakukan dengan tidak baik oleh sang kakak sejak lahir, dan tiba-tiba saja kakaknya berubah menjadi baik seperti ini?






🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾






Pagi hari di kota telah tiba, karena tidak diizinkan untuk masuk sekolah dulu, Gamaliel berinisiatif untuk membantu para maid bekerja.

Namun sangat disayangkan, dirinya malah ditolak oleh mereka semua karena takut Bastian akan marah karena telah membiarkannya bekerja.

Jadi disinilah dia sekarang, ditaman belakang mansion sambil memandangi beberapa maid yang tengah menyiram tanaman.

"Kamu disini ternyata, kakak sudah cari dari tadi..." Gamaliel terlonjak kaget mendengar suara sang kakak, membuatnya segera menoleh kebelakang dan mendapati Bastian dengan senyum cerah menghampirinya.

'Bukannya semalam kakak marah sama aku?' batin Gamaliel, mengingat ekspresi masam kakaknya semalam saat meninggalkan kamarnya, dia pikir kakaknya akan kembali jahat padanya, tapi ternyata tidak.

"Kamu ngapain disini, hm?" Tanya Bastian dengan lembut, membuat Gamaliel tersadar dari lamunannya.

"Aku ingin membantu mereka, karena belum boleh ke sekolah. Tapi tidak di izinkan," jawab Gamaliel dengan nada hati-hati.

"Kamu belum diizinkan bersekolah, karena kamu masih sakit. Jadi jangan pernah coba-coba untuk mengerjakan pekerjaan rumah apapun," balas Bastian.

"Tapi aku sudah merasa sehat, kak. Kalau aku masih sakit, tidak mungkin dokter sudah mengizinkan ku pulang..." Ucap Gamaliel.

"Sudah, jangan membantah! Pokoknya kalau kakak bilang tidak boleh, berarti tidak boleh. Ayo sekarang kita masuk! Sarapan sudah dihidangkan!" Balas Bastian sambil merangkul pundak Gamaliel pergi dari sana, meninggalkan beberapa maid dan bodyguard yang masih memandangnya dengan tanya.

Perubahannya terlalu drastis.

"Gimana hp barunya, suka nggak?" Tanya Bastian, saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke ruang makan.

Gamaliel menggaruk tengkuknya, "Aku belum buka kak," jawab Gamaliel dengan tidak enak.

"Kakak nggak mau tau, pokoknya habis ini kamu harus unboxing hp barunya!  Jam tangannya juga dipakai, juga baju-bajunya!" Ujar Bastian.

 Son Of A MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang