“Tolong, tinggalkan aku sendiri.”
Setelah mendengar kalimat itu begitu dingin keluar dari mulut Jennie, Chahee yang semula bak kerasukan setan terus mengumpati Taehyung sontak terdiam.
Jennie tidak nampak akan menangis atau melakukan sesuatu yang ekstrem. Dia mungkin terkejut, kaget. Paginya seperti rollercoaster. Terombang-ambing hanya dalam semalam. Dan sekarang, ia tidak ingin mendengar apa-apa.Meski Chahee nampak menolak pergi karena khawatir, ia akhirnya keluar dari kamar itu setelah Namjoon memegang erat kedua lengannya. Membimbingnya keluar menyisakan Taehyung yang masih berdiri di sisi ranjang hanya dengan celana boxer-nya. Memandang gadis itu sejenak sebelum memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan menuruti kata-kata Jennie untuk meninggalkannya sendiri.
Sepeninggal ketiga orang itu Jennie pikir ia akan mampu berpikir waras dan mencoba mengingat kejadian semalam, bagaimana ia bisa berakhir dengan Taehyung pagi ini dengan kondisi yang terbilang sangat buruk. Namun, suara Chahee di luar kembali terdengar. Mereka berdebat lagi sehingga Jennie menutup telinganya kuat dan berlari menuju kamar mandi untuk menyelamatkan diri. Seolah ia tengah berada di tengah-tengah peperangan. Hujan peluru siap membantainya.
Di sana ia mencoba tenang. Jennie mencoba mengatur napasnya yang memburu bak baru bertemu hantu. Namun, begitu membuka mata dan cermin seketika membingkai penampilannya dalam bayangannya, gadis itu nyaris jatuh bak nyawanya ditarik pergi.
Pelan-pelan mendekat memberanikan diri, ia melihat dirinya yang telanjang tanpa sehelai benang pun menempel di badan. Jadi semalaman ia dalam kondisi seperti ini bersama Taehyung? Pemuda itu telah melihat semuanya? Rambut itu kusut, sisa eyeliner dan maskara meninggalkan jejak di kantung mata dan itu terlihat menyedihkan. Turun mengamati leher dan dadanya, ia menemukan banyak bercak keunguan di sana. Ingatan tentang bagaimana luka itu tercipta menyengatnya hingga menggigil.
Astaga!
Air mata gadis itu turun. Meluruh bersama tubuhnya yang merosot jatuh. Pantat bertemu lantai yang dingin. Gadis itu mulai terisak. Sedikit ingatan tentang kejadian di balik kegilaan yang ia temui pagi ini berseliweran di depan matanya. Dirinya yang baru sadar menenggak alkohol yang diberikan salah seorang pemuda yang datang itu berakhir mabuk dan didatangi Taehyung yang Jennie pikir sebagai ilusi belaka. Kemudian ada ingatan saat pemuda itu menciumnya dan menuntunnya masuk ke dalam kamar. Semua itu benar-benar tanpa paksaan. Karena Jennie tidak sadar. Karena dia bahkan tidak sampai berpikir semua itu nyata.
Ini baru satu Januari dan kesialan telah menyapanya. Jennie merasa tidak siap bertemu Februari, atau bahkan Desember ia masih bertahan? Karena ada keputusasaan yang menyelinap ke dalam hatinya. Membisiki cerita-cerita menakutkan. Namun, ini hanya kesalahpahaman, bukan? Tak akan terjadi sesuatu yang buruk selagi mulut ketiga orang itu bisa dijaga. Mereka bisa berpura-pura tidak melihat apa-apa.
“Aku menolak,” kata Taehyung ketika mereka mendiskusikan kejadian ini dan Jennie meminta agar semua orang melupakannya.
Jennie dan Chahee kompak mendelik ke arahnya. Bahkan Namjoon seakan sudah menyerah menghadapi Taehyung yang entah apa maunya.
“Lantas apa maumu? Kau sudah merenggut kesucianku dan bahkan aku bersedia melepasmu, tapi kau menolak?” tanya Jennie tak habis pikir.
“Kita melakukannya tanpa paksaan,” katanya membuat Jennie memegangi dahinya. Kepalanya seakan mau meledak.
“Jennie mabuk, Keparat! Kau memperkosanya.” Chahee ikut tersulut emosi.
Taehyung masih tidak terpancing. Nampaknya malah ia yang memancing emosi semua orang. Karena meski sudah melihat kejengahan Jennie, dia tetap memasang wajah datar. Matanya bahkan masih berani menatap Jennie terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM
Fanfiction[Rate: 13+] Jennie menyatakan cinta pada Taehyung meski ia belum bisa mengukur sebesar apa kadar sukanya pada pemuda itu. Karena terlalu tergesa, cinta itu pun berakhir begitu saja. Taehyung menolaknya dengan alasan memiliki gadis idaman lain. Setah...