14. Lebih Cepat Lebih Baik

136 23 8
                                    

Nona Bae baru akan mengambil obat di rak ketika interaksi dua sejoli itu kembali menarik perhatiannya. Entah telah dimulai sejak kapan. Namun, Taehyung tidak biasanya akrab dengan teman-teman gadisnya di sekolah. Sebelumnya dia dikenal sangat cuek. Jiwanya bagai anak-anak yang terperangkap dalam tubuh yang terus tumbuh. Gadis-gadis seperti tak menarik baginya. Main-main lebih diminatinya. Namun, Peterpan yang tersesat itu nampaknya sudah sadar dari mimpi indahnya.

Nona Bae tidak begitu mengenal Jennie sebelum ini lantaran hampir tidak pernah gadis cantik itu terluka ataupun perlu datang ke UKS. Hanya saja Nona Bae tentu tahu siapa gadis itu lantaran Jennie merupakan wajah sekolah. Papan reklame di depan gedung sekolah menampilkan wajahnya dibarengi prestasi-prestasi yang telah diraihnya selama menjadi murid sekolah ini, sehingga sesungguhnya Nona Bae tidak terlalu heran jika Taehyung bisa menunjukkan empati. Salah satu pemicunya mungkin adalah Jennie. Gadis cantik dan berprestasi gemilang itu mungkin jadi obatnya.

Namun, bersamaan kelegaan itu Nona Bae juga dirundung kecemasan. Lagi-lagi karena ia cukup memahami seorang Taehyung sebelum ini. Dua anak yang berkepribadian bertolak belakang jika disatukan, masing-masing dari mereka akan melepaskan bias dan menularkan sejumput kecenderungan yang mereka miliki. Entah yang mengarah pada hal baik atau justru hal buruk.

Taehyung mungkin mendapat sedikit dampak baik, bisa dilihat dari sikap peduli yang ia tunjukkan sejak Jennie digotong ke ruang UKS karena pingsan saat jam olahraga. Menjadi orang yang bersikukuh menemani di saat semua teman gadis itu harus menyerah karena jam belajar yang bergulir kembali. Taehyung yang dulu hanya mementingkan kesenangannya sendiri berubah sigap. Dia mendengarkan Nona Bae untuk pertama kali ketika perawat sekolah itu memintanya untuk membeli makanan. Tetap menunggui Jennie selagi Nona Bae memeriksa keadaannya. Taehyung tidak beranjak. Dia ada di sisi Jennie hingga gadis itu siuman. Kini mencoba membujuk gadis itu untuk makan di mana sang empunya sakit itu bersikeras menolak dan membuat Nona Bae khawatir.

Kemudian ia baru sadar bahwa dua sejoli itu beda kelas bahkan angkatan. Jika Taehyung tidak memiliki ketertarikan tidak mungkin dia menunjukkan diri seolah-olah sedang berkorban. Namun, dia anak komisaris. Dia bisa melakukan apa saja.

Hasil pemeriksaan Nona Bae nyatakan baik-baik saja. Pada awalnya ia menyimpulkan bahwa asam lambung Jennie naik lantaran gadis itu sempat mengeluh bahwa perutnya sakit saat siuman dan sempat muntah beberapa kali. Namun, Nona Bae kemudian mengembalikan obat oral yang hendak ia berikan kepada gadis itu setelah ia melihat pemandangan yang Taehyung lukiskan. Sebaliknya, wanita itu membuka laci kerjanya. Mengambil satu buah alat tes kehamilan dan menghampiri dua sejoli itu.

Samar-samar, Nona Bae masih mendengar percakapan dua sejoli itu. Lebih tepatnya Taehyung yang terus membujuk Jennie untuk makan.

"Makan sedikit. Perutmu sakit pasti karena belum sarapan." Kemudian ia dihadiahi gelengan.

"Aku melewatkan satu jam pelajaran. Ayah pasti marah."

"Untuk itu kau harus makan dan pulih kalau mau melanjutkan sekolah hari ini."

"Tidak selera."

"Mau apa? Buah?"

Belum sempat dijawab, atensi keduanya teralihkan oleh kedatangan Nona Bae. Taehyung segera memberi ruang, sementara Jennie menatap wanita muda itu dengan tatapan horor. Dia nampak ketakutan.

Nona Bae tersenyum. "Jennie, apakah kau bersedia untuk tes urin?" tanya wanita itu hati-hati.

Dua belia itu lantas saling pandang sejenak hingga akhirnya Taehyung yang menjawab.

"Kenapa harus tes urin, Bu? Apa ada gejala serius?"

Nona Bae memandang Taehyung lama seolah ingin mengintimidasi pemuda itu. Wanita itu bukannya baru satu dua tahun bekerja menjadi perawat. Situasi seperti ini beberapa kali ia alami. Dan kali ini pun firasatnya semakin kuat. Seakan perkiraannya tidak akan meleset.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang