4. Kau Mau Apa?

114 23 22
                                    

Tap tap bintangnya....

Happy reading....



"Nilai Jennie turun, Yah. Potong uang jajannya."

Suapan sereal terakhirnya tak jadi masuk mulut. Jennie melirik ayahnya yang baru saja menurunkan ponsel pintarnya demi memberinya gelengan kepala dibarengi decak sebal.

"Hanya ulangan harian. Lagi pula nilainya masih tinggi, sembilan puluh delapan. Aku tidak harus selalu dapat nilai seratus, 'kan? Pelajaran di SMA tidak seperti SD lagi. Terkadang sulit," keluh Jennie setengah merengek pada ayahnya yang tengah menghitung jatah uang jajannya seminggu ke depan.

"Itulah kenapa kami mendaftarkanmu les. Agar kau tidak kalah dari teman-temanmu. Uang yang kami keluarkan tidak sedikit, loh, Jane. Kau tidak lupa dengan impianmu kuliah kedokteran, 'kan?"

Jennie mendengkus. Entahlah apakah menjadi dokter masih jadi mimpinya sekarang setelah semua tekanan yang ia terima. Rasa-rasanya, teman sebayanya mudah sekali berganti cita-cita. Bahkan Chahee sudah mengubah mimpinya delapan kali dalam kurun waktu tiga tahun saja. Namun, Jennie yang mengungkap cita-citanya di bangku sekolah dasar malah jadi bumerang. Kedua orangtuanya bersikeras agar Jennie mewujudkan mimpi yang ia ucapkan tanpa berpikir. Les setiap hari saja begitu jenuh, apalagi menjadi dokter yang mendedikasikan waktunya secara penuh untuk pasiennya?

Bisakah Jennie menjadi PNS saja? Atau pengusaha?

Melihat latar belakang kedua orang tuanya, nampaknya cukup sulit untuk memberontak. Kedua orang tuanya berasal dari keluarga sederhana dan berpendidikan rendah yang kemudian sukses membangun usaha dan merintis karier bersama. Dengan begitu gigih, pantang menyerah. Sebagai orang-orang yang telah kenyang memakan asam dan garam cobaan dalam mengumpulkan harta, mereka akhirnya memutuskan bahwa keturunan mereka harus memiliki pendidikan yang tinggi agar memiliki masa depan yang jelas. Agar anak mereka tidak perlu bersusah payah. Agar garis kemiskinan berhenti pada mereka saja.

Apa ini bisa disebut sebagai balas dendam? Jennie merasa ia telah menjadi pelampiasan kegagalan kedua orang tuanya.

Seperempat jatah uang jajan Jennie untuk seminggu ke depan benar-benar dipotong. Karena ingin menghemat, gadis itu akhirnya membuat bekal untuk dibawa ke sekolah. Memasak lebih untuk dibagi pada Chahee juga. Setelah ini ia tidak boleh lengah. Ia harus membuka mata dan telinga lebar-lebar saat pelajaran. Ia tidak boleh lagi mendapat nilai sembilan puluh. Nilainya harus selalu seratus. Namun, karena terlalu berambisi, Jennie bahkan sudah menguap di jam pertama.

"Tidur jam berapa?" Chahee yang menyadari kantuknya bertanya hati-hati.

"Entahlah. Aku tertidur di depan komputer sambil menghafalkan kata-kata Bahasa Inggris."

"Ewh .... Posisi yang tidak nyaman. Badanmu pasti pegal-pegal."

Jennie mengiyakan analisa Chahee dengan anggukan. Berhubung guru sedang fokus menulis di papan tulis, Jennie akhirnya melakukan sedikit peregangan. Betapa leganya ketika tulang-tulangnya berbunyi. Chahee di sebelahnya sampai ikut merasa lega. Sampai manik mata gadis itu bergulir ke arah jendela kelas, Jennie tertegun. Ia melihat Taehyung lagi. Baru saja lewat bersama gerombolannya. Tepat melintas di hadapan Jennie.

Rasanya sudah sangat lama sejak kencan buta itu. Rambut Taehyung rasanya bertambah panjang. Poninya kini hampir menutup mata. Senyum yang ditahan itu masih serupa yang Jennie ingat. Manis sekali. Hingga tak lama, Jennie mendengar suara guru yang mengajar di kelasnya telah berada di luar. Sontak anak-anak berusaha mengintip lewat jendela. Ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Jennie terperangah begitu menyadari anak-anak itu lagi dan lagi membolos dari jam pelajaran karena masing-masing anak menggendong tas mereka. Sudah dikatakan mereka preman sekolah. Jika dalam cerita lain anak-anak membolos diam-diam dan berusaha agar tidak diketahui guru, anak-anak itu sebaliknya. Mereka justru berkeliling melewati kelas-kelas dan mencari gara-gara dengan guru. Jika guru yang tengah mengajar terpancing dan mengejar mereka, geng preman itu pemenangnya.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang