10. Mencari

68 9 8
                                    

Sesungguhnya Taehyung sudah tidak ingin berhubungan dengan apa pun yang berkaitan dengan Jisoo. Melihat Seokjin di rumah saja sudah cukup menyakitkan untuknya. Namun, bocah itu sulit diabaikan. Teman yang menyenangkan, yang juga tak tahu apa-apa tentang hubungan rumitnya dengan sang kakak itu tak bisa Taehyung jadikan pelampiasan. Maka Jungkook adalah pengecualian. Pemuda itu tidak mungkin ikut ia jauhi hanya karena hubungan Taehyung dengan sang kakak yang kurang baik, jadi sejak beberapa waktu lalu Taehyung hanya berhenti menginap. Namun, masih rutin menjemput si bontot itu main, juga berangkat sekolah.

Setiap datang, Taehyung hanya berharap untuk tidak pernah bertemu Jisoo, kendati sering kali ia juga ingin tahu kabar gadis itu.

“Dari Kakak.”

Sapaan pertama Jungkook ketika menemuinya di depan gerbang rumah dibarengi dengan sebuah bekal yang dibungkus dengan kain merah mengkilap yang rapi. Taehyung memandang benda yang kini berada di kedua tangannya itu lama. Bingung. Perlukah ia menolaknya karena nampaknya dengan cara ini Jisoo mengasihaninya? Taehyung tidak memerlukannya. Belas kasih. Namun, Jungkook sudah meraih helm dan baru saja menunggang di belakangnya, jadi Taehyung buru-buru memasukkan bekal itu ke dalam tas. Akan diapakan bekal itu, ia akan pikirkan nanti.

Ini hari pertama mereka masuk sekolah setelah libur kenaikan. Mereka tidak boleh terlambat kendati menghadiri upacara penerimaan siswa baru juga tampaknya membosankan. Hanya saja karena sekarang Taehyung kelas tiga, ia harus mulai mengurangi rutinitas membolos dan menjahili guru agar setidaknya bisa lulus dengan cepat. Jika dulu Taehyung berusaha agar tidak naik kelas dan menjadi murid tetap untuk membuat ayahnya kesal, sekarang ia hanya ingin cepat keluar dari rumah beralasankan mandiri pasca kuliah.

Sayangnya, Taehyung berangkat terlalu awal. Teman-temannya belum satu pun nampak sehingga bekal itu masih ditentengnya ketika berpisah dengan Jungkook. Ia menunggu lama di bangku taman sekolah hanya untuk mencari seseorang yang bisa ia beri kotak bekal buatan Jisoo tanpa diketahui Jungkook.

Maka Taehyung segera berdiri ketika ia melihat Namjoon di kejauhan. Berjalan seorang diri menuju ke arahnya. Sebelum pemuda itu menyadari eksistensinya, Taehyung segera mencegat langkahnya sehingga pemuda itu sukses terjingkat dan berdecak jengkel.

“Tahun ajaran baru baru saja dimulai. Biarkan aku tenang setidaknya di bulan-bulan awal,” kata pemuda itu jengkel.

Taehyung malas berkomentar. Ia kemudian hanya mengulurkan kotak bekal yang ia jaga sedari tadi ke arah Namjoon berharap pemuda itu menerimanya tanpa bertanya panjang lebar. Namun, pemuda itu hanya mengernyit.

“Hubungan kita tidak seromantis itu, ya sampai kau perlu membawakan bekal untukku,” katanya lagi.

Taehyung merotasikan bola mata. “Ambil saja. Hitung-hitung irit.”

“Aku juga tidak semiskin itu sampai tidak bisa jajan di kafetaria.”

“Ambil saja apa susahnya?” Taehyung mulai memaksa.

Nampak akan kembali menolak, Namjoon menatap sekeliling. Ia tengah mencari korban yang bisa menggantikannya, sebab nampaknya ia tahu dari mana bekal Taehyung berasal. Jika dia bersikeras memberikannya pada orang lain, pasti ada yang tidak beres dari makanan itu. Bisa karena makanannya memiliki cita rasa makanan kucing, atau pembuatnya yang kurang menyenangkan. Kebetulan sekali orang yang ia rasa lebih tepat mendapatkan perlakuan manis seperti ini baru saja tertangkap matanya. Maka Taehyung nampak bertanya-tanya ketika Namjoon tiba-tiba sibuk menggeledah tasnya dan memberikan Taehyung sebuah buku kemudian.

“Aku melihat Jennie. Berikan padanya dan jalinlah hubungan baik,” tutur pemuda itu sebelum pergi meninggalkan Taehyung dengan kotak bekalnya, juga satu beban lagi di tangan kirinya.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang