2. Di Mana Rumahmu?

139 30 11
                                    

Sebelum baca, tap tap dulu bintangnya!

Happy reading ...









Jantung gadis berpipi tembam itu belum selesai melonjak. Ada perasaan kaget luar biasa menyerang brutal dadanya hingga dirinya nyaris kehilangan napas. Namun, meski merasa hampir mati karena bahkan telapak kaki tak lagi terasa menapak di lantai, gadis itu masih sempat-sempatnya terpesona.

"Tapi dia bilang namanya Jeon Jungkook," bisiknya pada Chahee yang duduk di sebelahnya sambil bersedekap menantang sejak kedatangan dua pemuda untuk janji kencan mereka.

Entah apakah karena tiba-tiba pemuda ini muncul sebagai pasangan Jennie—yang mana keduanya sama-sama tahu bahwa Chahee menyebutnya geng preman tempo hari, atau karena pasangan untuknya berwajah biasa-biasa saja. Masih jadi tanda tanya besar kenapa pemuda yang mengaku bernama Jeon Jungkook namun disanggah oleh Chahee ini bisa ikut kencan buta dengan mereka. Bukankah dia senior?

"Namanya Kim Taehyung." Chahee menegaskan untuk yang ke tiga kali.

Kedua orang itu bertatapan sengit membuat Jennie dan satu pemuda dari kelas sepuluh B itu serba salah. Tak tahu harus berbuat apa lantaran jika dibiarkan nampaknya kedua sejoli ini akan bertarung. Jennie sampai heran mengapa Chahee seperti memiliki dendam kesumat pada senior ini.

"Jeon Jungkook," sela pemuda itu tak menyerah. Nampak sudah jengah. Ia menantang Chahee dengan tatapan meyakinkan. Dagu disangga dengan telapak tangan. Mimik wajah ogah-ogahan. Anehnya ... dia nampak sangat keren dengan gaya itu.

Sebentar tegang, sebentar meleleh. Jennie bak tengah menjadi bulan-bulanan setan dan malaikat. Saat Chahee bicara ia akan waspada. Saat pemuda ini yang membuka mulut, ia takluk sepenuhnya. Bahkan mungkin sekarang kedua matanya berbinar-binar bak ditumpahi bubuk gliter kerlap-kerlip seperti bintang di angkasa.

Tidak aneh. Tidak salah. Jennie gadis biasa yang tidak benar-benar pernah bertemu lelaki badung di luaran sana, yang setampan ini sampai perlu mengaktifkan mode waspada. Meski kata Chahee senior ini bodoh karena tidak naik kelas, Jennie merasa bisa memakluminya karena ketampanannya. Belum lagi suara Husky yang tidak pernah Jennie lupakan sejak kejadian pembajakan taksi tempo hari. Sekarang gadis ini memiliki kesempatan memandang wajah tanpa cela itu dari muka ke muka. Mata ke mata. Rambutnya yang sedikit panjang membuktikan pemberontakannya. Kalung panjang di luar seragam, jam tangan hitam, bekas tindik di telinga, semuanya seolah membenarkan cerita Chahee soal pemuda ini.

Namun, kenapa Cupid kukuh membentangkan busur panah dan bersiap membidiknya ke arah Jennie? Ah, mungkin sudah tertancap tak terhitung jumlahnya. Perut Jennie terasa geli.

"Jangan berusaha menipu temanku, ya. Aku tahu tentangmu." Chahee kembali menginterupsi. Nampaknya kini gadis itu sungguh sudah melupakan perihal kencannya dan lebih memilih menyelamatkan temannya yang plonga-plongo saja sejak tadi.

"Kau siapa, sih? Berisik sekali," komentar pemuda itu risi.

"Kim Namjoon. Kau pasti mengenalnya."

Tak lama, pemuda itu tertawa renyah. "Astaga! Kau adik pecundang itu, ya?" sahutnya tak terduga. Jennie menahan napas melihat tangan Chahee mengepal di pangkuan. "Kalian berbeda. Kau sangat agresif dan berapi-api. Berbeda dengan kakakmu yang layu dan lembek seperti rumput laut," sambungnya tanpa merasa bersalah.

Chahee mendengkus sambil menatap Jennie seolah berkata, 'lihat baik-baik!'. Gadis itu hanya bisa meringis karena mulut pedas pemuda ini cukup tak terduga. Belum lagi wajah tengilnya. Apa Jennie berhenti di sini saja? Dia sudah cukup melihat pertunjukannya. Meski tampan, pemuda ini tidak baik. Yang pertama mulutnya.

"Kau tidak seharusnya mengata-ngatai seseorang yang mengerjakan tugas-tugasmu selama ini. Kau tidak tahu penderitaan kakakku. Kau hanya tahu tentang merusak apa pun yang kau lihat. Kalau bukan anak Komisaris, kau juga cuma pecundang."

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang