Mereka telah berbagi sabun mandi juga sampo yang sama cukup lama. Namun, mengapa aroma yang keluar dari tubuh Jennie tercium berbeda? Rasanya tidak adil karena memeluk gadis itu terasa menenangkan, sementara dipeluknya, Jennie selalu menunjukkan gelagat tidak nyaman.
"Ia sudah mulai bergerak. Bukankah kita seharusnya memeriksakannya ke dokter?"
Kembali berbagi kasur yang sama setelah sekian lama, malam ini mereka juga berbagi obrolan yang sensitif. Jennie berada di pelukannya dan meringkuk seperti janin. Sejak pulang dari kerja paruh waktunya, Taehyung memaksa memeriksa perut gadis itu kembali meski kali ini tak dapatkan apa-apa. Perut itu masih sangat tipis dan kecil. Hanya, sekarang terasa lebih berisi. Namun, tidak lagi kenyal seperti jeli. Lambat Laun perut itu akan membesar, 'kan? Membayangkan seorang manusia akan segera lahir, Taehyung jadi berdebar-debar. Kira-kira anak mereka laki-laki atau perempuan?
"Kau punya uang?" tanya Jennie.
Taehyung terdengar menghela napas. "Aku akan bekerja lebih keras lagi," katanya sebagai jawaban. "Tapi serius kau tak merasakan dia menendang lagi?"
"Kurasa dia bukan menendang?" sahut Jennie tak yakin. "Lagi pula baru delapan belas Minggu."
"Tapi ini luar biasa, 'kan? Dia benar-benar tumbuh," ungkap Taehyung senang.
"Hm. Sepertinya aku sudah mulai bisa menerimanya," sahut Jennie membuat Taehyung lebih senang.
"Kita akan membesarkannya bersama, 'kan?" tanya pemuda itu lagi.
"Ya?"
"Maksudku ... kita akan menjadi keluarga setelah bayi itu lahir."
"Oh."
"Kau mau menikah?" tanya Taehyung tiba-tiba. Kalimatnya bahkan terdengar antusias sehingga Jennie merasa takut.
"Me-menikah? Itu sesuatu yang sangat serius, 'kan?" katanya tak yakin.
"Kita sudah seserius ini." Pemuda itu mengingatkan.
"Ya?"
"Kau pernah menyukaiku, 'kan?"
"Tapi saat itu aku bahkan tidak tahu sedalam apa yang kurasakan padamu. Aku mengatakannya hanya karena tak ingin melewatkan momen itu. Kalaupun saat itu kau menerimaku dan kita berpacaran, pada akhirnya aku mungkin akan bosan," jelas Jennie.
Lagi pula ia selalu menganggap perasaan itu bencana setelahnya. Jika saja Jennie lebih bisa bersabar dan tak terburu-buru mengungkapkan perasaannya pada Taehyung, mereka mungkin tidak akan pernah berada pada situasi seperti sekarang ini. Dari awal mungkin Jennie juga salah.
"Tapi aku bukan orang yang mudah bosan," sela Taehyung kemudian.
Entahlah. Malam ini entah mengapa Jennie merasa Taehyung penuh tekad.
"Oh, ya? Lalu bagaimana dengan gadis itu? Kau sudah menyerah? Apa kau sudah menyatakan perasaanmu padanya?" tanya Jennie kemudian.
Taehyung sesaat kehilangan kata. Perkataan Namjoon kemudian teringat olehnya lagi. Apa sungguh Jennie tahu kalau gadis itu adalah Jisoo? Apakah saat ini dia sedang mencoba mengorek informasi dari Taehyung? Sepertinya ... Jennie tidak seingin tahu itu tentang dirinya?
"Hm. Sudah. Aku ditolak," jawab Taehyung.
"Ah, maaf karena aku senang mendengarnya. Nasib kita ternyata sama. Sama-sama dicampakkan."
"Ya ... apa-apaan itu?" sewot Taehyung tidak terima. Namun, sejujurnya ia menyukai respons Jennie yang demikian. Gadis itu berhasil mengeluarkan mereka dari obrolan yang hampir berada di jalan buntu.
Syukurlah.
Ingin lebih mencairkan suasana, Taehyung akhirnya terpikirkan untuk memberi gadis itu pelajaran. Ia mulai menggelitiki perut Jennie sehingga gadis itu menggelinjang dan berteriak minta ampun. Namun, Taehyung tidak mau dengar dan terus menyerang Jennie dengan tangan jahilnya. Pemuda itu bahkan sampai menyatukan kedua tangan Jennie di atas kepala sehingga gadis itu tak bisa berbuat apa-apa. Meski situasi itu tak bertahan lama, sebab Taehyung lantas terpaku melihat tawa lepas Jennie yang rasanya baru kali ini ia saksikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM
Fanfiction[Rate: 13+] Jennie menyatakan cinta pada Taehyung meski ia belum bisa mengukur sebesar apa kadar sukanya pada pemuda itu. Karena terlalu tergesa, cinta itu pun berakhir begitu saja. Taehyung menolaknya dengan alasan memiliki gadis idaman lain. Setah...