24. Tak Bisa Ditahan Lagi

566 80 71
                                    

Happy 4k views!

Happy reading!



Taehyung kembali menatap jendela kontrakannya dan mengusap wajahnya gusar. Lantas dijatuhkan pandangannya pada Jisoo yang kini duduk di sebelahnya sambil bercermin. Salep luka di tangannya yang lain nampak terbuka. Taehyung kemudian meraihnya dan mulai membantu gadis itu mengoleskan salep itu ke atas memar juga bekas luka robek di bibir Jisoo. Perempuan itu mulai merintih dan mengernyit. Sedikit banyak Taehyung tahu bagaimana rasanya. Untuk seorang perempuan, rasa sakitnya mungkin berlipat ganda. Taehyung akan menganggap ini sebagai balas budi. Dulu, Jisoo juga sering melakukan hal seperti ini padanya. Bahkan luka yang Taehyung dapat jauh lebih mengerikan untuk sekedar dipandang.

"Gomawo," kata Jisoo setelah selesai.

Perempuan itu masih menatap Taehyung yang nampak begitu gusar sejak tadi. Pandangannya terus tertuju ke arah kontrakannya. Dia mungkin mengkhawatirkan Jennie.

Tadi itu mengejutkan sekali, 'kan? Taehyung harap ia bisa menjelaskan situasinya pada Jennie setelah ini.

Tak lama, pemuda itu menjatuhkan pandangannya pada Jisoo kembali. Maka Jisoo buru-buru mengalihkan tatapannya. Tak ingin Taehyung tahu bahwa sedari tadi ia memperhatikan.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Seokjin Hyung sampai memukulmu?" tanya Taehyung dengan sedikit nada emosi.

Pemuda itu nyaris berlari pulang untuk menemui Seokjin demi membalas apa yang sudah pria itu lakukan pada Jisoo. Namun, perempuan itu mencegahnya dan berkata bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Mungkin dia lupa bahwa kedatangannya juga membawa masalah lain. Sesaat tadi jujur saja Taehyung goyah. Ia tidak berbohong bahwa serasa ada ribuan kupu-kupu mengepakkan sayap di perutnya ketika Jisoo menciumnya. Namun, tidak sampai ia menemukan Jennie dan perasaan berdosa segera melumuri hatinya.

"Kami sedang makan di luar tadi ketika terjadi sedikit kesalahpahaman dengan pengunjung lain. Beberapa pria melakukan catcalling padaku dan Seokjin tidak suka. Aku hanya mengingatkan untuk tidak berkelahi karena itu tempat umum, tetapi kemudian Seokjin menuduh bahwa aku menyukai hal semacam itu dan mulai memukuliku," cerita perempuan itu dengan kedua mata yang kembali basah.

"Astaga, orang itu! Kau masih berpikir akan menikah dengannya?" tanya Taehyung tak habis pikir.

Pria itu nampaknya kehilangan kendali setelah kepergian Taehyung. Dia mulai berani menunjukkan perangai buruknya. Sifat emosionalnya. Ternyata selama ini keberadaan Taehyung di rumah tidaklah buruk. Ia bisa meredam kemarahan Seokjin. Namun, sekarang tidak lagi. Dokter muda itu mungkin mulai terinspirasi oleh Taehyung dan hendak memberontak.

"Kau marah?" tanya Jisoo kemudian membuat Taehyung kembali pada realita dan temukan dirinya tengah memasang wajah penuh harap.

"Aku marah karena kau bodoh," jawab Taehyung sembari berdiri dan berkacak pinggang.

Ia sudah tidak tahan. Ia merasa dirinya akan segera mati jika tidak menyusul Jennie dan melihat keadaannya.

"Jangan berkata begitu. Aku sedang patah hati." Jisoo berujar lagi dan mulai menangis dengan berhati-hati.

Taehyung menghela napas. "Kalau sudah lebih tenang, aku akan menelepon Jungkook agar menemani Noona. Tunggulah di sini. Kubelikan air minum," sela pemuda itu bermaksud pergi ke toko kelontong.

Namun, Jisoo menahannya dengan meraih tangannya. Mau tak mau Taehyung menoleh dan temukan perempuan itu sedang menatapnya nanar.

"Tae ... kau sudah tidak menyukaiku lagi?" tanya Jisoo membuat Taehyung terkesiap.

"Apa maksud Noona bertanya begitu?" tanyanya juga.

"Aku tahu kau orang yang sangat setia. Kau tidak mudah berpindah ke lain hati. Lagi pula ... aku tahu kau tidak berpacaran dengan Jennie sebelum ini," sahut Jisoo.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang