"Aku akan mengganti uang Noona secepatnya. Aku janji."
"Jangan terlalu terburu-buru. Kembalikan ketika uangnya sudah ada."
Sesungguhnya Jisoo ingin membantu. Namun, sebagai orang yang mengenal Taehyung sejak kecil ia juga tahu bahwa pemuda itu memiliki harga diri yang begitu tinggi. Ia tidak suka dikasihani, jadi lebih baik memberinya jawaban yang tidak akan membuatnya merasa rendah.
Operasinya belum lama selesai. Jennie sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Semua orang bersyukur karena operasinya berjalan dengan lancar. Jisoo yang menemani Taehyung sepanjang operasi itu ikut merasa tidak tega. Ini kali pertama baginya melihat Taehyung begitu peduli pada seseorang. Pemuda itu tidak beranjak sejak gadis itu dipindahkan. Ia sendirian, jadi Jisoo memutuskan tetap tinggal untuk menemani Taehyung sedikit lebih lama. Syukur-syukur kalau bantuannya diperlukan.
Tadinya Jisoo datang bersama sang ayah untuk kunjungan rutin memeriksa kesehatan tiap bulannya. Ia berpapasan dengan pemuda itu di lorong rumah sakit, tetapi Taehyung tidak menyadari keberadaannya. Pemuda itu nampak terburu-buru. Pun wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang besar. Sejak keributan yang ia buat terakhir kali, Jisoo tidak pernah datang lagi sehingga ia tak tahu bagaimana kabar pemuda itu sekarang. Karena khawatir, Jisoo memutuskan mengejar dan mendapati pemuda itu sedang meringkuk di depan ruang operasi dengan begitu putus asa.
Delapan bulan berlalu dan Kim Taehyung banyak berubah. Dia bukan lagi anak nakal yang suka memberontak. Dia benar-benar membuktikan kata-katanya untuk bertanggungjawab sampai akhir. Dia menjadi lebih bersimpati pada orang lain dan bisa diandalkan. Orang-orang yang selama ini meremehkannya mungkin akan terkejut dengan perubahannya.
Jisoo berusaha memberi ruang untuk pemuda itu sehingga memutuskan menunggu di luar ruangan. Taehyung mungkin sangat khawatir dan begitu takut. Ketika Jisoo mengintip lewat celah pintu lantaran penasaran, pemandangan yang ia dapati adalah Taehyung yang sedang membenarkan selimut yang menutupi tubuh Jennie. Menyempatkan waktu untuk meluapkan emosi, pemuda itu juga nampak mengajak Jennie bicara. Ia terus menggenggam tangan Jennie meski gadis itu masih terpejam dan begitu tenang dalam tidurnya. Ketika Taehyung mulai mencium kening gadis itu, Jisoo bergerak mundur. Meski ada yang sedikit terasa nyeri, ia ikut bahagia. Sekarang Taehyung tidak lagi sendiri dan memiliki tujuan hidup. Dia bahkan memiliki bayi, betapa luar biasanya itu! Pemuda yang biasa datang padanya untuk merepotkan Jisoo itu akan direpotkan anaknya sendiri.
Taehyung kembali menemui Jisoo setelah beberapa saat. Pemuda itu menampilkan gestur yang sedikit canggung. Matanya bengkak. Namun, setidaknya ia jauh lebih tenang. Melihat Jennie yang tak lagi dipasangi banyak alat-alat medis pastinya melegakan.
"Boleh aku melihat bayimu? Setelah itu kita makan," sela Jisoo karena ia merasa Taehyung tidak akan mengatakan apa-apa.
Taehyung mengangguk.
Mereka akhirnya datang ke ruangan bayi. Menyaksikan Jisoo yang terperangah lantaran gemas sekaligus tak menyangka. Ia berkali-kali menyenggol lengan Taehyung dan menggodanya. Memuji bahwa Taehyung sangat hebat. Namun, perempuan itu juga sesekali menunjukkan keprihatinannya. Bahwa anak itu sangat kecil dan lemah. Kulitnya merah.
"Padahal aku ingin menggendongnya, tapi dia kecil sekali," katanya.
"Kau tidak akan percaya kalau ibunya makan seperti kuli," sahut Taehyung mengenang.
Mereka tertawa bersama setelahnya.
"Setidaknya kalian sudah berusaha," kata Jisoo juga.
Taehyung mengangguk.
"Jadi siapa namanya?" tanya Jisoo lagi.
"Ruby."
"Nama yang cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM
Fanfiction[Rate: 13+] Jennie menyatakan cinta pada Taehyung meski ia belum bisa mengukur sebesar apa kadar sukanya pada pemuda itu. Karena terlalu tergesa, cinta itu pun berakhir begitu saja. Taehyung menolaknya dengan alasan memiliki gadis idaman lain. Setah...