Mungkinkah Jennie gegabah? Mungkinkah ... ini terlalu cepat?
Tak ada hal lain yang ia pikirkan saat itu. Ia hanya ingin mengungkapkan apa yang hatinya teriakkan. Hanya karena takut tak memiliki kesempatan. Hanya karena berpikir tak ada lagi cara bagi mereka bertemu jika setelah ini mereka berpisah begitu saja.
Namun, jelas Jennie takut. Rasa yang berkecamuk kini tak lagi dibarengi gempita di tiap ujung debaran jantungnya, sebab ekspresi Taehyung seolah menjawab kekhawatirannya. Senyum ramah yang sempat tampil mendadak luntur tergantikan mimik suram. Apa pernyataan suka dari Jennie seburuk itu hingga mengubah ekspresinya?
“Kenapa kau menyukaiku?” Pemuda itu lantas bertanya. Namun, tatapannya tak lagi mengarah ke wajah Jennie. Terbuang. Entah. Rumput liar yang tumbuh di sela gerbang nampaknya telah mengambil atensi.
“Aku ... tidak tahu.”
Dalam situasi saat ini, Jennie bahkan mungkin tidak akan memiliki kesempatan penuh kalaupun melontarkan pujian dan apa-apa saja yang ia sukai dari pemuda ini. Dan ia malah seolah ingin kesempatan kecil diterima itu lenyap dengan berkata tidak tahu. Meski bisa saja ia berkata; wajahmu tampan, gayamu keren, hidungmu mancung, keberanianmu ... nomor satu.
“Kau sungguh gadis yang naif,” kemudian kata-kata seperti itu lagi yang Jennie dengar. Ia mulai sedikit muak. “Jangan menganggap orang yang memperlakukanmu baik adalah orang baik. Aku bukan lelaki yang menyenangkan untuk dipacari,” sambungnya.
Jennie tersenyum masam. Kedua matanya sudah terasa perih dan bulir-bulir air mata mulai menggenang. Akan segera tumpah hanya dengan satu kedipan. Gadis itu bahkan sudah meremas ujung seragamnya karena tidak tahan. Sedikit kecewa. Ia pikir kalaupun ditolak, Taehyung tidak akan mengatakan hal seperti itu.
“Kupikir karena kita tak akan sering bertemu, aku takut tidak sempat mengatakan perasaanku terhadapmu. Aku hanya ... ingin mengatakannya,” jelas Jennie susah payah.
Taehyung memandang gadis itu kini. Tahu betul dirinya baru saja menorehkan luka. Namun, perasaan gadis ini memang tidak bisa dibiarkan.
“Mari kita hentikan,” kata Taehyung lagi.
“Ya?” tanya Jennie kaget, separuh tak mengerti.
“Perasaanmu. Hentikan di sini.”
“Ah ...” Jennie tidak tahu akan menjawab apa. Ia tidak tahu apakah perasaannya bisa dihentikan dan sekarang ia malah nampak bebal. Maksudnya jika dirinya setuju, tidak ada kemungkinan ia bisa melupakan Taehyung secepat terurainya asap, ‘kan?
“Lagi pula ... sudah ada gadis yang kusuka, jadi aku tidak mungkin membalas perasaanmu,” sambungnya.
Mereka bertatapan. Tak ada keraguan. Tak ada kebohongan jikalau kalimat barusan hanya Taehyung jadikan sebagai mantra pengusir gadis tak tahu diri ini. Maka sebelum air mata jatuh membasahi pipi, Jennie buru-buru menyekanya dan tersenyum seperti orang bodoh.
“Maaf, aku tidak tahu. Kalau begitu aku pulang. Terima kasih untuk hari ini.”
Begitu gadis itu berbalik, Taehyung bisa menebak Jennie berlari sambil menangis. Menolak peduli, atau ia akan merasa bersalah, Taehyung segera menghidupkan motornya dan meninggalkan tempat itu.
Tidak semua cinta harus berbalas, bukan? Tidak semua pernyataan suka harus diterima dengan suka cita. Meski sakit, meski tidak adil. Di dunia ini ada orang-orang yang tidak beruntung meski sudah menyerahkan hatinya yang utuh untuk orang yang dicintainya. Bukan hanya Jennie, bahkan Taehyung.
Jennie mungkin saja lebih beruntung. Dia hanya baru bertemu Taehyung beberapa kali dan bisa jadi yang ia alami hanya sindrom cinta sesaat. Dia akan cepat sembuh. Dia akan cepat lupa akan patah hati yang dideritanya, kendati apa yang sudah Taehyung lakukan juga tidak cukup disebut bijaksana. Hanya ... cinta bertepuk sebelah tangan yang Taehyung alami sudah menahun. Patah hati yang ia hadapi sudah berkali-kali. Karena meski dia memiliki kesempatan mengungkapkan, perasaannya terlarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
REDUM
Fanfikce[Rate: 13+] Jennie menyatakan cinta pada Taehyung meski ia belum bisa mengukur sebesar apa kadar sukanya pada pemuda itu. Karena terlalu tergesa, cinta itu pun berakhir begitu saja. Taehyung menolaknya dengan alasan memiliki gadis idaman lain. Setah...