18. Hari Pertama Bekerja

111 22 9
                                    

Terima kasih sudah vote dan komen!

Kritik dan saran selalu kutunggu untuk penyemangat fast update.





Bola mata itu refleks bergulir mencari jam dinding untuk memeriksa pukul berapa ketika ia mendengar suara berdebum di pintu masuk. Namun, lagi-lagi ia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa, mereka tidak memiliki barang-barang seperti itu di kontrakan baru. Maka tubuh yang terasa sakit karena tidur di tempat sempit itu memaksa bangun dan mempelajari sekitar dengan pandangan terbatas. Ruangan masih separuh gelap. Sinar mentari belum mengintip dari jendela. Hanya saja ia tahu fajar sudah datang.

Jadi jam berapa sekarang?

"Kau pulang jam berapa, Tae?" Pertanyaan itu kontan muncul kala netranya mendapati pemuda yang sejak beberapa hari ini tinggal bersamanya sedang melipat baju di sisi ranjang. Tubuhnya merajuk pertanda terkejut.

Pemuda yang dipanggil Tae itu menoleh. Sesaat keduanya saling beradu pandang di tengah remangnya ruangan. Jennie baru sadar pertanyaannya sebelum ini mungkin kurang tepat. Alih-alih pulang jam berapa, mungkin ia perlu menggantinya menjadi "Kau baru pulang?"

Namun, pemuda itu nampaknya tidak ingin menjelaskan lebih detail ke mana ia pergi semalam suntuk. Juga tak ingin tahu apa yang sudah Jennie lewati tanpanya. Gadis itu ketakutan dan khawatir sampai tak bisa tidur. Ia jatuh terlelap karena lelah saja. Dan sekarang Taehyung nampak dingin. Siapa gerangan yang ia temui semalam? Apa orang itu berhasil menggoyahkannya?

Jennie tidak pernah menyangka dirinya akan memiliki perasaan seperti ini untuk Taehyung. Tiba-tiba ia takut untuk ditinggalkan. Pemuda itu pergi dengan tergesa, tanpa pernah memberi tahu ke mana tempat tujuannya. Tidak memberi kabar karena memang Jennie meninggalkan ponselnya di rumah. Melihat Taehyung kembali, alih-alih merasa tenang Jennie justru gelisah. Ada gestur yang tak ia pahami coba pemuda itu tunjukkan. Padahal, baru semalam pemuda itu menjanjikan kesenangan.

"Apa aku membangunkanmu?" tanya Taehyung kemudian.

Jennie menggeleng. "Kenapa kau merapikan bajumu?" tanya Jennie seraya menjatuhkan pandangannya pada kain-kain yang sedang coba Taehyung masukkan ke dalam kresek hitam.

"Aku akan keluar lebih awal untuk bekerja. Aku berencana pergi ke laundry. Kau mau menitip sekalian?" sahutnya tak terduga.

Apakah kegelisahan Jennie berlebihan? Pemuda itu bahkan menemukan pekerjaan dan Jennie tidak tahu.

"Ah, tidak perlu," sahut Jennie sungkan. "Kalau boleh ... biar aku yang mencucikan bajumu saja. Kita harus berhemat, 'kan?" tanyanya menawarkan diri.

"Apa tidak merepotkanmu?" tanya Taehyung juga ragu-ragu.

"Sama sekali tidak."

Sesaat meninggalkan baju-bajunya, Taehyung tiba-tiba beringsut mendekat kepada Jennie yang masih duduk di atas ranjang. Membolalah mata gadis itu kala Taehyung tiba-tiba mengambil jemari-jemari lemas Jennie dan membungkusnya dengan tangannya sendiri. Terlalu erat. Jemari Taehyung dingin seakan baru keluar dari kulkas.

Jennie menyadari tangan itu gemetar. Pemuda itu mungkin sedang menahan guncangan dalam tubuhnya, meski Jennie tidak tahu apa sebabnya. Dalam situasi ini Jennie hanya mencoba tenang dan menunggu apa kiranya yang ingin Taehyung sampaikan.

"Jane, seperti kataku tadi, aku akan mulai bekerja hari ini —"

"Bekerja di mana?" potong gadis itu penasaran.

"Kau mau ikut?" sahut Taehyung tak terduga.

"Ya?"

"Aku mungkin akan bekerja untuk waktu yang lama. Aku hanya berpikir kau mungkin takut di rumah sendirian. Kau mau ikut?" Pemuda itu mencoba mengajak sekali lagi.

REDUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang