34. Rantai Delusi

5.5K 291 53
                                        

selamat membaca semua dan semoga suka❤️

FOLLOW DULU BOSSS!

RAMEIN KOMEN KALIAN SEBANYAK-BANYAKNYA DI TIAP PARAGRAF🔥

JANGAN LUPA VOTE🔥

───

HAPPY READING

───

34. Rantai Delusi

•••

Ketika para siswa meninggalkan kelas mengunjungi kantin untuk mengisi kekosongan perutnya, Rana memilih toilet untuk bersembunyi. Ruangan sempit dengan dinding keramik putih itu terasa seperti satu-satunya tempat yang mampu memberinya kedamaian sejenak, meskipun hanya sementara. Toilet itu jauh dari suara tawa dan obrolan yang menguar di kantin, dan keheningannya memantulkan suara napasnya sendiri.

Rana berdiri di depan cermin besar di atas wastafel. Wajah yang tenang, kini memancarkan sesuatu yang sulit di jelaskan. Sebuah campuran antara rasa puas dan tegang. Ia memandangi pantulan dirinya, tetapi pikirannya melayang jauh ke peristiwa yang baru saja terjadi. Tamparan yang seperti menghentikan dunia untuk sesaat.

Rana bisa mengingat betul bagaimana Ratu menolehkan kepalanya setelah pipinya bertemu dengan tangan Rana. Keheningan menggantung di udara, di susul dengan tatapan terkejut semua orang di kelas.

Ratu yang biasanya terlihat anggun dan percaya diri, seketika terdiam. Ekspresi wajahnya adalah campuran antara keterkejutan dan kemarahan. Rana tahu ia telah melanggar garis yang tidak terlihat, sesuatu yang tidak seharusnya di lakukan seorang murid kepada Ratu, si bintang sekolah. Tapi, bagi Rana, itu adalah keadilan.

Pikirannya melayang pada Arion. Laki-laki yang selalu menceritakan tentang Ratu. Bagaimana ia terpikat oleh pesona Ratu. Meskipun Arion tahu bahwa dirinya hanyalah sebuah alat bagi Ratu dan memanfaatkan keahlian Arion. Namun, laki-laki itu tetap hanya tersenyum dan berkata bahwa dia yang memaksa Ratu agar menerima pernyataan cintanya. Maka bagaimanapun sifat Ratu, Arion akan tetap menerimanya.

Dan kini, semua amarah yang selama ini terpendam tumpah dalam satu gerakan cepat. Tamparan itu bukan hanya untuk Ratu, tetapi juga untuk dirinya sendiri yang tidak berdaya selama ini. Untuk luka-luka yang di rasakan Arion. Untuk setiap kali Rana merasa frustrasi karena Ratu selalu lolos dari konsekuensi atas tindakannya.

Rana menarik napas panjang. Udara toilet yang dingin terasa menusuk kulitnya. Ia tahu bahwa tamparan itu akan membawa konsekuensi besar. Ratu bukan gadis biasa, dan tindakan Rana tentu saja akan menjadi buah bibir di seluruh sekolah. Namun, di sudut hatinya, ada rasa kelegaan. Seolah-olah beban yang selama ini menghimpitnya perlahan terangkat.

Arloji yang melingkar di pergelangan tangan menunjukkan pukul sepuluh lewat dua puluh menit. Jam istirahat hampir habis. Perutnya yang kosong mengeluh pelan. Tangannya terulur ke arah gagang pintu, tetapi suara derit kenop yang berputar dari luar membuatnya terhenti. Pintu terbuka dengan keras, memaksa Rana mundur beberapa langkah untuk menghindar.

Seberkas cahaya dari luar menyusup masuk, di ikuti oleh sosok Victoria bersama tiga gadis lainnya. Mereka melangkah masuk dengan gerakan penuh percaya diri, senyuman tipis yang menghiasi wajah mereka bukan senyuman yang menenangkan, tetapi sebuah ancaman. Rana merasakan hawa dingin yang berbeda, bukan dari udara di dalam ruangan, namun dari tatapan mereka. 

THE SIXTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang