Yara memasuki rumah saat melihat matahari mulai tenggelam, gadis itu langsung menuju dapur dan membuat makanan meskipun Rion baru sama makan siang menjelang sore tadi, untuk berjaga-jaga takut pria itu lapar kembali ia berniat untuk membuat makanan ringan.
Martabak tahu dan piscok menjadi pilihan Yara.
Rion menuruni tangga dengan kedua tangan berada di dalam saku celana, matanya tertuju pada punggung seorang gadis yang berada di dapur miliknya.
Semangkin mendekat langkah kakinya dengan gadis itu, ingin rasanya ia merengkuh tubuh itu dari arah belakang, memeluknya dengan erat dan membayangkan aroma manis yang akan memasuki indra penciuman nya jika hal itu terjadi.
Membayangkan saya membuat nya hampir gila.
Sekuat tenaga Rio menahan tubuh dan otak nya agar tidak mewujudkan hal gila yang akan membuat Yara pergi dari nya.
Mungkin terdengar seperti hal sepele hanya sebuah pelukan, tapi jika di paksa gadis itu pasti marah dan menjadikan alasan untuk memutuskan kontrak kerja.
Ia akan mendapatkan pelukan Yara, pasti tanpa paksaan.
"Buat apa?" Pertanyaan yang keluar dari bibirnya setelah jarak antara dirinya dan Yara hanya tiga meter.
Gadis itu tampak terkejut, tubuh nya terhentak terkejut saat mendengar suara dari arah belakangnya.
"Ngagetin aja" terdengar nada kesal dari Yara.
Rion tersenyum tipis, pria ia memilih bersandar pada sisi meja yang tidak jauh dari Yara, menatap gadis dengan rupa manis itu dengan jarak dekat.
"Piscok sama martabak tahu, buat kamu" Yara berucap tanpa menatap Rion.
"Oh iya, kamu lapar gak? Atau mau makan nasi lagi nanti. Kalo mau aku masakin"
Rion tersenyum tanpa sadar ini salah satu yang ia suka dari Yara gadis itu berbicara dengan ekspresi wajah yang menurutnya menggemaskan.
"Rion" panggil Yara.
Rion tersentak saat tangan Yara berada di depan wajah nya, gadis dengan tinggi 150 cm itu berdiri di hadapan nya. Rion menahan dirinya untuk tidak mencubit kedua pipi gadis itu yang terlihat lucu dan penuh daging.
Tinggi Yara hanya sebatas dada nya, saat ia masih menjadi balita berumur 4 tahun tinggi hanya mencapai pinggang bagian bawah gadis itu dan sekarang ia bisa melihat Yara yang berada di bawah nya.
"Enggak, gak usah masak lagi"
Yara menganggukan kepalanya, dan kembali melanjutkan kegiatan memasak nya.
Masih dalam posisi yang sama menatap Yara, bahkan sampai gadis itu selesai dengan kegiatan nya. Baru lah Rion bergerak mendekat.
"Mau makan sekarang?"
Rion menggeleng kan kepalanya. "Enggak nanti aja"
Yara mengangguk, mengambil dua piring yang sudah di isi martabak tahu dan pisang coklat buatan nya. Menaruh nya di dalam lemari yang biasa untuk menyimpan makanan.
Setelah nya Yara berjalan pergi meninggalkan Rion. Gadis itu berjalan menuju kamar Rion untuk mengambil tas nya.
"Aku pulang dulu ya" ucap nya dengan senyuman tipis.
"Tapi aku belum tidur"
Yara menatap Rion dengan tatapan terkejut matanya berkedip beberapa kali. "Tapi kan.." sulit sekali kata-kata lain keluar dari mulut nya.
"Apa?" Tanya nya, Rion menatap Yara dengan tatapan polos yang sama sekali tidak cocok dengan wajah nya yang sekarang.
Yara menghela nafasnya tas yang berada di pundak nya jatuh ke lantai, pada hal niat hati ingin pulang cepat untuk menenangkan diri tapi bos jadi-jadian nya ini malah mempersulit.
"Kamu mau tidur jam berapa?"
Rion mengidikan bahu nya. "Gak tau, belum ngantuk" jawab nya tanpa rasa bersalah. Ia hanya ingin terus bersama dengan gadis ini lebih lama.
"Terus sekarang kamu mau nya aku gimana? Aku udah gak ada kerjaan lagi di sini" Yara berusaha menahan kekesalan nya.
"Temenin aku?"
"Temenin apa? Kamu mau main kaya kemarin-kemarin? Kan gak mungkin" ucap Nara kesal.
Rion menahan gemas melihat wajah kesal gadis di depan nya, rasanya ingin sekali mencium gadis ini sampai sesak nafas.
"Kalo kamu mau main sama aku sih, ya aku mau aja" senyum miring terlihat di wajah pria itu.
Yara merinding saat mendengar nya di tambah ekspresi wajah Rion yang terlihat menyeramkan padahal pria itu sedang tersenyum.
Yara menggelengkan kepalanya. "Jangan bercanda, kamu Mau apa? Kerjaan aku uda selesai semua" .
"Temenin aku kerja" Rion berjalan lebih dulu meninggalkan gadis itu yang masih terlihat kesal.
Yara menghela nafas nya, melangkahkan kaki nya dengan malas mengikuti pria gila di depan nya.
Yara masuk ke dalam kamar Rion, pria itu duduk di depan meja kerjanya dan mulai terlihat sibuk. Yara memilih menduduki dirinya di sofa yang ada di dalam kamar ini.
Matanya menatap Rion yang fokus dengan layar komputer nya, pria ini memang tampan bahkan sangat dengan tubuh yang terbilang sangat atletis. Dengan fisik dan kekayaan yang di punya tidak mungkin wanita bisa menolak nya.
Tapi tetap saja Yara lebih menyukai Rion kecilnya yang sangat imut, untuk saat ini masih seperti itu. Semoga saja kedepannya tidak berubah, jangan sampai karena pesona pria ini ia terjebak ke dalam jurang tidak berujung.
Yara tersedar dari lamunan nya setelah mendapat guncangan pada lengan nya. "Rara" entah sudah keberapa kali Rion memanggil gadis ini.
"Ah, iya" Yara menatap pria di hadapan nya dengan tatapan bingung.
"Aku mau tidur"
Yara mengagguk cepat senyum di wajah nya terbit. Dengan cepat gadis itu bangun dan hendak pergi dari ruangan ini.
"Mau kemana?"
"Pulang, kamu mau tidur kan. Ya aku pulang" Yara tidak mengerti bukan nya tadi pria ini mengatakan ingin tidur, sudah seharusnya ia pulang kan.
"Enggak ada yang berubah ingat itu."
"Tiduri aku seperti biasa" Yara terkejut sampai tidak sadar mulut nya terbuka sedikit.
"A..aku haru-" belum sempat Yara melanjutkan kalimat nya ia sudah di tarik oleh Rion menuju ranjang pria itu.
Rion berbaring di atas ranjang nya memakai selimut dan menepuk sisi kosong ranjang nya. "Sini, lakukan seperti biasa"
Yara berusaha menenangkan dirinya jika hal ini tidak akan lama, lagi pula ini bukan pertama kalinya mereka tidur bersama di satu ranjang kan.
Yara berbaring di samping Rion menghadap ke arah pria itu, sama seperti yang dia lakukan dulu saat ingin meniduri Rion kecil.
Dengan sedikit keraguan tangan nya mengusap puncak kepala Rion. Ia berusaha melakukan semua nya seperti biasa.
"Mana kecupan nya Rara? Kamu biasa kasih aku itu setiap malam" Rion menatap wajah gadis itu dengan tatapan penuh harap.
Sebisa mungkin Rion akan terlihat seperti anak baik di depan Yara.
Setelah mendengarnya tangan Yara berhenti bergerak. Mulut nya ingin berbicara memberikan penolakan dan alasan tapi belum sempat ia berucap Rion sudah lebih dulu mengatakan hal lain.
"Semua nya sama tidak ada yang berubah." Kali ini nada bicara nya sangat datar dan seperti tidak ingin di bantah.
Yara meneguk ludah nya susah payah, menyesal pernah melakukan hal itu di masa lalu.
Yara menunduk mendekatkan bibirnya pada kening pria itu dan mengecup nya pelan.
Tangan nya kembali mengusap rambut itu. "Selamat malam Rion".
Senyum manis terbit di wajah tampan pria itu, merasa senang karena mendapatkan apa yang ia inginkan.
Maaf kan typo yang bersebaran ya
Jangan lupa untuk komen dan vote😉👉See youuu
Coupranghae🍒
06.11.24
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy
FantasySkayara Abhista seorang gadis yang baru saja lulus sekolah menengah Atas sebenarnya ia lulus 3 bulan lalu dan sekarang tengah mencari pekerjaan. Sudah berusaha mencari kemana-mana tetapi diri nya belum mendapatkan pekerjaan. Sahabat nya yang bernam...