11. Meminta libur

1.8K 133 20
                                    

Pagi ini Roy ikut sarapan bersama dengan Yara dan Rion, Yara sempat berfikir tumben sekali Roy belum berangkat ke kantor nya.

"Pak" Panggil Yara. Roy langsung menatap gadis itu.

"Eh iya lupa. Mas, saya kira-kira bisa ambil libur kapan ya" Yara mengatakan nya dengan perasaan tidak enak baru bekerja 2 bulan sudah meminta libur.

"Oh iya kamu belum pernah libur ya Ra. Saya lupa maaf ya" ucap Roy.

Mendengar hal itu membuat Yara bernafas lega respon majikan nya sangat baik.

Roy menyelesaikan makan nya yang tinggal sedikit lagi. "Saya ada rencana liburan 2 hari lagi berama Rion, kamu bisa libur beberapa hari kedepan"

Yara tersenyum senang bahkan gadis itu tidak bisa mengontrol ekspresi nya. "Makasih ya mas"

Gadis itu memakan sarapan nya dengan senyum manis rasa senang masih terus melingkupi dirinya.

Setiap gerak dan ekspresi yang gadis itu. Ia perhatikan tanpa terlewatkan sedikit pun.

Akhir-akhir ini ia merasa nyaman dengan gadis itu, sebenarnya sudah lama tapi dirinya baru menyadari hal itu beberapa hari belakangan ini.

Gadis yang sudah menemaninya selama 2 bulan terakhir ini, gadis yang terus ia lihat setiap hari nya tanpa rasa bosan.

Bisa ia beri nilai seratus untuk Rara yang akan menjadi seorang ibu yang sangat baik untuk anak nya di masa depan.

Terlihat ketulusan dan rasa sayang yang melimpah saat gadis itu menjaga nya.

"Saya berangkat dulu ya" Suara kursi bergerak terdengar. Roy bangkit dari duduk nya dan mengambil jas yang ia taruh di punggung kursi.

Yara ikut berdiri dan berniat mengantar Roy sampai depan pintu.

"Mau kemana?" Rion menatap tajam ke arah gadis itu.

"Mau ke depan anter papa kamu" Yara menunduk menatap anak asuh nya yang manampakan wajah tidak senang.

"Enggak usah di sini aja" Anak itu memegang jari tangan Yara.

"Enggak perlu Yara, saya berangkat dulu ya" Roy tersenyum tipis sebelum pergi meninggalkan rumah.

Yara terdiam dia tahu alasan Rion bersikap seperti ini. Anak itu pasti mengira ia ingin mendekati ayah nya.

Yara paham betul anak-anak umur segini cenderung tidak ingin memiliki ibu sambung.

Gadis itu memilih diam dan merapihkan meja makan.

Rion menatap punggung gadis itu dengan tatapan tajam. Apa-apaan adegan barusan, apa mereka ingin berperan sebagai orang tua nya? Tidak ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Pada akhirnya bocah laki-laki itu memilih untuk turun dari kursi nya sendiri tanpa menunggu bantuan Yara.

Yara melihat kearah Rion yang kini berjalan ke arah tangga, sepertinya anak itu masih marah.

Yara memilih untuk cepat-cepat mengerjakan cucian piring nya dan segera menyusul Rion ke kamar anak itu.

Gadis itu menaiki anak tangga satu persatu menuju lantai 2 rumah ini, sesampainya di depan kamar Rion Yara langsung membuka pintu itu dan ternyata kosong tidak terlihat tanda-tanda anak itu berada di sini karena semuanya masih tersusun rapih.

Yara segera menutup pintu kamar dan mencari Rion. "Rion" panggil nya.

Terdengar suara pintu kamar terbuka. Yara menatap anak itu yang baru saja keluar dari kamar milik ayah nya.

Yara berlutut di hadapan anak itu untuk menyamakan tinggi nya. "Maaf ya, aku enggak bermaksud buat rebut papa kamu" Yara berfikir berbicara jujur adalah hal yang baik untuk anak seusia ini.

CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang