Rion berusaha menahan ke kesalan nya sepanjang perjalanan. Tubuh nya di hempit ke dua manusia yang sepertinya sedang dalam masa pendekatan.
Topik pembicaraan mereka sedari tadi membuat kuping nya panas, ia baru tahu jika ke dua orang ini berada di sekolah yang sama di semasa SMA.
Pembahasan mereka tidak ada habisnya di saat-saat sekolah dulu. Rion menghela nafas nya, apa hebatnya membahas masa lalu?
Suara tawa gadis itu menambahkan rasa kesal nya, entah mengapa ia merasa tidak senang saat tau gadis itu tertawa lepas karena pria lain.
Butiran air mulai jatuh satu persatu dari langit, membasahi sebagian tempat di muka bumi. Membuat orang-orabg yang terkena tetesan air hujan memilih meneduh di berbagai tempat, berlindung dari dingin dan basah nya air hujan.
Begitupun dengan ketiga manusia yang berada di atas motor ini.
"Ra neduh dulu ya"
Yara yang memang sedari tadi sudah khawatir dan memeluk tubuh Rion menyetujui apa yang dikatakan Aska. "Iya kak, neduh dulu aja kasian Rion"
Aska mencari halte terdekat yang ada di sekitar sini tapi ia belum melihat nya. Hujan semakin turun dengan deras, angin bertiup seirama dengan nya.
Tubuh kedua orang dewasa itu sudah basah kuyup. Yara masih berusaha menutupi tubuh Rion dengan tubuh nya, rasa khawatir menguasai dirinya padahal baru saja Rion membaik dari demam nya tapi sekarang anak ini harus terkena air hujan.
Yara sangat merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada Rion, dia akan berlapang dada jika harus terkena marah oleh bos nya. Siapa orang tua yang tidak marah menitipkan anak nya pada seseorang untuk di jaga malah berakhir sakit.
"Kak gak bisa lebih cepat lagi? Aku kasian sama Rion dia udah basah gini"
"Gak bisa Ra kalo ngebut takut nya jatoh, jalanan lagi licin. Sabar ya kita cari halte terdekat dari sini" Aska merasa khawatir sekaligus tidak enak, niat hati ingin membawa keduanya pergi jalan-jalan malam ini, tapi malah berakhir seperti ini.
Sepanjang perjalanan yang mereka tempuh hanya ada pepohonan, belum ada tanda-tanda halte ataupun ruko-ruko kecil di pinggir jalan. Pengendara pun hanya terlihat satu sampai dua saja. Jalanan Malam ini sangat sepi dan dingin.
Aska merasa lega saat lampu motor nya menyorot sebuah halte yang jarak nya 100 meter dari motor nya sekarang. Halte yang terlihat sudah tidak terpakai.
Motor itu berhenti tepat di depan halte, sesegera mungkin kedua orang itu turun dari atas motor dan berteduh di bawah halte yang sangat usang.
Yara memeluk tubuh Rion dengan sangat erat bisa ia rasakan tubuh kecil ini menggigil kedinginan. "Sabar ya sayang, nanti hujan nya rendah kita pulang ya" Yara mengusap rambut Rion yang terasa basah di tangan nya.
"Ra maaf ya" Aska menatap Yara yang terlihat cemas dengan anak asuh nya.
Yara menatap Aska dan tersenyum. "Gak papa Kak, ini bukan salah kamu lagian kita kan gak ada yang kalo ujan bakal turun" Yara mencoba menenangkan Aska dengan ucapan nya, ia tahu betul rasa khawatir pria ini terlihat jelas dari raut wajah dan tatapan matanya.
Aska membuka jaket nya yang basah dan menaruhnya di atas kursi halte. Pria itu mendekat ke arah Yara, dengan perasaan yang gugup Aska merangkul pundak Yara.
Yara terkejut dengan apa yang di lakukan Aska tapi ia memilih diam mencoba menenangkan rasa gugup nya, bagaimana pun ini kali pertama ia sedekat ini dengan seorang pria.
Rion merenggut kesal di tengah rasa dingin nya, tubuh nya terasa panas di dalam dan dingin di luar di tambah kepala nya terasa ingin pecah. Dan sekarang ia harus menyaksikan adegan romantis kedua manusia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy
FantasySkayara Abhista seorang gadis yang baru saja lulus sekolah menengah Atas sebenarnya ia lulus 3 bulan lalu dan sekarang tengah mencari pekerjaan. Sudah berusaha mencari kemana-mana tetapi diri nya belum mendapatkan pekerjaan. Sahabat nya yang bernam...