"Masuk" Rion mengambil tangan Yara dan menariknya masuk ke dalam kamar.
"Ada yang mau aku bicarain sama kamu, jangan di kamar" Yara masih mempertahankan mata nya yang ia tutup dengan tangan.
"Kenapa emangnya? Di kamar kan lebih enak"
"Gak mau di kamar" Yara mempertahankan dirinya agar tidak masuk ke dalam kamar pria dewasa itu.
"Ayok masuk" Rion menarik Yara dengan sedikit tenaga nya dan menutup pintu kamar nya setelah mereka berdua masuk kedalam.
Yara menahan kekesalan nya, ia tidak ingin berada di dalam ruangan yang sama dengan pria dewasa seperti ini. Rasanya pasti akan sangat canggung.
"Tunggu, aku pake baju" Rion membawa Yara untuk mendekat ke ranjang nya dan meninggalkan gadis itu pergi untuk memakai baju nya.
Yara bangkit dan berjalan mendekat ke pintu tapi sayang sebelum tangan nya mencapai knop pintu suara Rion sudah lebih dulu menghentikan nya.
"Jangan coba-coba keluar Yara" Suara Rion terdengar lebih serius dan tidak ingin di bantah.
Yara menipiskan bibir nya, menahan agar suara teriakan frustasi tidak keluar dari bibir nya. Bagaimana bisa pria itu tahu pergerakan nya? Padahal saat ini mereka berada di ruangan yang berada.
Pada akhirnya Yara mengurungkan niatnya untuk melarikan diri dan kembali duduk di atas ranjang, menatap sekeliling ruangan. Interior yang dominan dengan warna coklat kayu yang mengkilap. Terkesan mewah dan simple.
Rion kembali dengan setelan baju santai kaos berwana hitam dan celana pendek abu-abu. Rion duduk di samping Yara, terlihat jelas gadis itu tampak gelisah.
"Apa apa Rara? Kamu mau bicarin apa" Rion menatap Rara dengan pandangan polos.
Yara menjadi merinding saat melihat nya, jika saja yang seperti ini Rion versi balita mungkin ia akan gemas.
"Aku.. aku kan gimana ya ngomong nya" Yara kehilangan fokus nya saat ini, ia tidak bisa membohongi dirinya jika Rion versi dewasa sangat, sangat tampan bahkan auranya membuat Yara tidak bisa berkutik.
"Iya Rara?"
"Kamu.. udah kembali jadi.. tugas aku udah selesai" Yara menundukkan wajah nya tidak berani menatap mata tajam itu.
Tidak ada balasan apapun, Rion hanya diam seperti mengabaikan nya. Sampai pada akhirnya Yara mengangkat wajah nya dan menatap Rion.
Tatapan tidak suka terpancar jelas dari mata nya di tambah raut wajah pria itu yang berubah datar.
Yara menjadi panik seketika. "Bukan.. bukan gitu maksud aku kamu kan udah kembali seperti semula berarti aku udah gak punya tugas apapun. Jadi aku bisa berhenti kerja.." Yara mengecilkan suara nya di akhir kalimat.
Tatapan Rion masih sama tidak berubah sedikit pun, pria itu merasa kesal belum ada satu hari ia kembali tapi gadis ini sudah ingin pergi.
Pria itu bangkit pergi menuju meja kerja nya, mengambil selembar kertas dari dalam laci. Dan kembali mendekat ke arah Yara.
"Baca" ia menyerahkan selembar kertas itu pada Yara.
Kontrak kerja.
Yang sudah ia tanda tangani beberapa bulan yang lalu, tertulis jelas bahwa ia harus bekerja selama 1,5 tahun. Jika melanggar atau berhenti secara sepihak mata akan terkena denda sebesar 2,5 miliar dan di bayaran dalam waktu 3 kali 24 jam.
Kontark hanya bisa di batalkan jika sang tuan yang meminta, jika tidak bukan dari pihak bos nya maka sebagai pekerja di larang berhenti sebelum tanggal yang sudah di tentukan.
Kontrak di tanda tangani dengan matrai dan tertulis jelas aturan yang sudah ia setuju beberapa bulan lalu.
Dan sekarang ia harus terjebak di sini, di tempat yang ia kira aman dan menyenangkan.
"Tapi kan.. kamu udah gak butuh aku lagi, buat apa aku disini. Kamu bukan Rion yang gak bisa apa-apa lagi" Yara masih mencoba membujuk bos nya agar mengerti apa yang ia maksud.
"Kamu bisa ngelakuin semua nya sendiri Rion, aku juga bisa berhenti dan cari pekerjaan lain"
"Kamu bukan balita lagi, yang butuh bantuan aku kamu udah kembali jadi biarain aku pergi ya.." Gadis itu masih terus mencoba bernegosiasi dengan Rion.
Tapi sayang lawan biacaranya seperti tidak mendengar kan. Terlihat jelas ekspresi wajah nya yang tidak menunjukkan raut apapun.
"Terserah kamu semuanya ada di tangan kamu" Rion berucap setelah terdiam cukup lama.
Yara bernafas lega, akhirnya Rion mengerti apa yang ia maksud. Dengan bersemangat gadis itu mengambil tas selempangnya hendak bangkit dan berjalan mendekat ke Rion yang duduk di atas kursi kerjanya.
Ekspresi senang terlihat jelas di wajah gadis itu.
"Tapi jangan lupa denda nya di bayar, 3 hari kedepan itu waktu kamu" ucap Rion dengan santai.
Seketika raut bahagia di wajah Yara hilang begitu saja, tergantikan dengan ekspresi bingung dan terkejut.
"Tapi kan tadi kamu udah bilang.."
"Iya terserah kamu dan jangan lupa bayar denda nya" Rion tersenyum simpul.
Yara marah ia merasa di permainkan. "Kamu gak butuh aku lagi Rion. Liat fisik kamu udah kembali sepenuhnya jadi biarin aku pergi"
"Kontrak tetap kontrak Rara, dan ini persetujuan di atas kertas bermatrai" Rion mengangkat kertas yang di atas nya tertulis kontrak kerja sama mereka, terlihat jelas wajah nya yang menampakan ekspresi kemenangan.
Yara mengepalkan tangan nya dan memilih pergi meninggalkan Rion.
Rion tertawa pelan melihat ekspresi kesal gadis nya yang terlihat menggemaskan jarang sekali ia melihat Yara marah seperti ini.
Kembali ia masukkan kertas berharga itu kedalam brangkas yang ada di kamar ini. Selembar kertas ini lebih berharga dari jutaan dolar yang ia miliki. Karena dengan kertas ini ia memiliki alasan kuat untuk gadis itu tidak bisa pergi meninggalkan nya.
***
Yara kembali ke dalam kamar Rion, bukan Rion yang dewasa tapi Rion balita. Kamar yang selama ini menjadi tempat ia meniduri anak manis itu, yang sekarang sudah tidak bisa lagi ia lihat wujud nya.
Gadis itu terududk di atas ranjang dengan perasaan kesal, rasanya tidak adik tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana pun sekarang ini ia merasa di tipu.
Benarkan ini semua penipuan bisa di laporkan kepada pihak berwajib.
Tapi tidak akan ada yang percaya, kerana rasanya seperti hal yang tidak mungkin terjadi.
Hembusan nafas lelah keluar begitu sana dari bibir nya, tidak tahu harus meminta bantuan siapa. Tidak ada yang akan percaya, dirinya tidak bisa menceritakan hal ini pada Anna nanti yang ada ia di sangka gila.
"Enggak papa, enggak papa Yara lo bisa. Kerjaan lo setelah ini akan lebih mudah" berusaha menerima semuanya dengan di bantu kata-kata penenang.
"Dia udah kembali dewasa jadi pekerjaan lo bakal lebih mudah, semangat" dengan berbaring di atas ranjang Yara bermonolog dan mengepalkan kedua tangan nya di udara, tanda sebagai penyemangat dirinya.
Maaf kan typo yang bersebaran ya
Jangan lupa untuk komen dan vote😉👉See youuu
Coupranghae🍒
25.09.24
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy
FantasySkayara Abhista seorang gadis yang baru saja lulus sekolah menengah Atas sebenarnya ia lulus 3 bulan lalu dan sekarang tengah mencari pekerjaan. Sudah berusaha mencari kemana-mana tetapi diri nya belum mendapatkan pekerjaan. Sahabat nya yang bernam...