Hari ini meja makan sudah di isi semua anggota keluarga, kecuali ayah dan Samudra tentunya. Dan sudah satu bulan lebih itu terjadi.
Pun mengingat jika sudah lama tak kumpul bersama seperti sediakala, bunda merasa sedih, namun ia tak dapat melakukan apapun lagi. Apalagi, penyebab utama keretakan hubungan di antara mereka terjadi itu karena keegoisan nya, bunda pun hanya dapat berpasrah diri dan berdoa untuk terbaiknya di masa mendatang.
"Yan, lo nanti mau anterin gue ke rumah sakit nggak?" Suara Satra memecah keheningan yang canggung di meja makan.
Si empu yang disebut oleh kakaknya pun mendongak dan menatap Satra dengan helaan napas yang berat dan terlihat lelah.
"Nggak bisa, mas. Gue mau ketemu sama dosen pembimbing." Mengingat dirinya sedang mengerjakan skripsi nya, Septian jadi semakin sibuk dan sulit untuk bermalas-malasan seperti biasanya lagi.
"Oh, yaudah kalo gitu." Ujar Satra memaklumi.
Keheningan kembali melanda di sekitar mereka, sampai sarapan selesai pun tak ada yang bersuara atau sekedar bertanya, bagaimana rencana hari ini dan sebagainya.
Sampai akhirnya, yang bangkit pertama kali adalah Sahara, hari ini ia ada kelas pagi. Ia berangkat tanpa menunggu Septian lagi. Karena ia kini sudah memilih berangkat sendiri menggunakan mobilnya.
"Aku berangkat." Ucapnya sebelum keluar dari rumah dan melenggang pergi, menjauh dari pekarangan rumah.
Saat akan menyeberangi jalan keluar dari arah kompleks perumahannya, Sahara menerima telepon dari Samudra.
"Halo." Katanya setelah menyambungkan panggilan tersebut dengan earphone yang selalu ia bawa.
"Bisa ketemu nggak? Ada yang mau gue omongin." Kata Samudra diseberang sana.
"Gue ada kelas pagi."
"Bolos aja, mumpung gue nggak ada kerjaan ini."
"Emang nggak ada kelas?"
"Enggak ada, bolos aja sekalian. Gue kasih tau alamat kosan gue deh, kita ketemuan di sini. Gimana?"
"Oke, shareloc sekarang." Kata Sahara setelah sempat bimbang beberapa saat, sebelum memutuskan panggilan tersebut.
Karena mendengar hal itu, Sahara pun memutuskan untuk bolos. Apalagi ia jarang bolos dan lagi, entah karena apa kakaknya itu mau membocorkan lokasinya yang selama ini selalu Sam sembunyikan pada mereka, dan tentunya hal itu membuat Sahara penasaran dimana Samudra selama ini tinggal.
~••*••~
Gadis itu menatap sekeliling ruangan yang dihuni Samudra dengan pandangan berpendar. Ia tak menyangka kakaknya mau tinggal di kos-kosan yang sangat bukan style Samudra sekali . Tapi ia mengendikkan bahunya acuh tak peduli dengan itu, toh kos-kosan memang seperti ini kebanyakan.
"Sempit ya? Sorry, gue lagi ngumpulin duit. Ya, makanya cuma tempat ini aja yang pas sama dikantong." Kata Samudra sambil membawakan minuman kaleng bersoda.
Sahara menggeleng dan berkata, "Namanya juga kos-kosan, kalo mau luas ya beli aja rumah. Tapi, gue nggak nyangka lo mau tinggal di kosan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Need (On Going)
Novela JuvenilBELUM DIREVISI!! ⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA "Bunda.. apa Hara harus sakit dulu supaya bisa diperhatikan sama kalian kayak gini?" Jatuh-bangun Sahara melewati berbagai rintangan yang mengancam keluarganya. Namun, jika yang membawa malapetaka adalah...