Bumantala Dendam

17 1 0
                                    

Bab 1 : Cakrawala Intrik dan Adiwarna Kebijaksanaan dalam Kehidupan Nazeera

Nazeera Althea, seorang wanita berusia dua puluh tahun, adalah perpaduan keindahan dan kecerdasan. Rambut cokelat panjangnya sebahu, dengan sedikit ikal yang tergerai indah, dan sorot mata cokelat cerahnya menambah pesonanya. Kulit putihnya yang halus menambah kesan anggun.

Dia tumbuh di sebuah desa kecil dekat pegunungan sebagai anak pertama dari Ayah Theron dan Nyonya Celestia. Nazeera memiliki adik perempuan yang saat ini bersekolah di SMP.

Nazeera mencintai hujan karena baginya, hujan adalah simbol ketenangan. Suara dan aroma hujan membawa harmoni serta kedamaian, serta membangkitkan kenangan indah masa kecilnya di desa. Bagi Nazeera, hujan adalah musik, aroma, kenangan, dan kedamaian. Itulah mengapa dia sangat mencintainya.

Saat melihat gunung hijau dari jendela, gadis mungil ini merasa tenang, namun ketidakpastian muncul ketika Lucas meminta uang. Lucas, yang baru saja kehilangan pekerjaannya, membutuhkan bantuan keuangan darurat. Meskipun dia sadar seharusnya tidak meminta kepada Nazeera, keadaan memaksa dia melakukannya. Permintaan berulang kali uang dari Lucas telah membuat Nazeera muak.

"Lucas," tulis Nazeera, "aku agak kesal dengan permintaanmu. Tapi apa yang terjadi?"

Pria berambut pirang pasir itu menggigit bibirnya yang tebal. "Ada masalah yang mendesak," ujarnya, "yang harus segera aku atasi. Bisa kita bertemu di tempat biasa?"

Langit menangis dengan deras, hujan mengguyur bumi dengan tangisan yang tak terbendung. Nazeera, berani dan teguh, melangkah melawan angin dan air, menghadapi pertemuan yang seolah dijalin oleh takdir. Alam bersorak, mengiringi langkahnya yang megah, seakan mengatakan, "Inilah detik-detik besar, ketika keberanian menari dengan ketidakpastian."

Di bawah payung terbuka, Lucas pucat dan berkerut menyambut hujan. Nazeera, berani dan teguh, menjadi pelindung bagi hatinya yang gelisahnya. Lucas, dengan mata lelah dan rambut basah, tampak kacau. Dia mengenakan mantel lusuh sebagai perisai dari hujan, sambil memegang payung dengan tangan gemetar, dan memandang Nazeera dengan harap.

"Maaf, Lucas, tapi aku harus jujur denganmu. Saya tidak akan terlibat dalam transaksi finansial yang tidak jelas dan tidak beralasan seperti ini. Saya harap kamu bisa memahami," ucap Nazeera dengan suara teguh.

"Tapi Zeera, ini benar-benar mendesak!" balas Lucas dengan mencoba memohon.

Nazeera menatapnya tegas. "Maaf, Lucas. Saya mengerti situasimu mungkin sulit, tetapi saya tidak dapat mengambil risiko dengan transaksi yang tidak jelas. Saya harap kamu bisa mencari solusi lainnya."

Detik-detik ini terasa seperti abad, seolah alam sendiri menahan nafas. Lucas dan Nazeera, dua jiwa yang terjebak dalam pertarungan antara keberanian dan ketidakpastian, menjadi tokoh-tokoh dalam drama takdir.

"Tapi mengapa sekarang? Mengapa tidak mencoba menyelesaikan masalah ini bersama-sama?" tanya Lucas.

"Kita sudah mencoba, Lucas. Tapi kamu tahu sendiri, masalah ini tidak kunjung terselesaikan. Aku tidak ingin terus menerus terlibat dalam situasi yang membuatku tidak nyaman," ujar Nazeera dengan wajah memerah.

"Tapi aku berjanji bisa memperbaikinya, Zeera. Aku bisa berubah," jawab Lucas dengan tegas sambil memohon.

"Saya tahu kamu berusaha, Lucas. Tapi untuk saat ini, aku butuh waktu untuk diri sendiri. Aku harap kamu bisa mengerti," ucap Nazeera dengan penuh ketegasan, namun juga penuh empati.

Hujan menari, menggumamkan kata-kata penghiburan bagi Nazeera. Dia menekan "Kirim" di ponselnya, menutup bab dalam hidupnya. Beberapa hari kemudian, beban di pundaknya terasa lebih ringan. Di tengah hujan, dia yakin bahwa keputusannya benar. Dia merasa kuat dan teguh, menjadi pahlawan dalam kisahnya sendiri.

Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang