Bersama Dalam Pelukan

5 1 0
                                    

Bab 15 : Menggapai Pelukan Ayah yang Tak Tersentuh

Di pagi yang cerah, cahaya matahari memancar lembut melalui jendela kamar Nazeera. Dia duduk di samping meja rias, merenung. Beberapa waktu terakhir, hubungan dengan ayahnya, Theron, terasa sedikit menjauh, dan kali ini dia merasa perlu berbicara. Dengan hati yang sedikit berdebar, Nazeera bertekad mengatasi kesenjangan yang ada.

Dengan langkah yang tak pasti namun mantap, Nazeera melangkah ke ruang kerja ayahnya. Theron sedang sibuk dengan tumpukan pekerjaan, tapi matanya menoleh ketika Nazeera masuk.

"Ayah," panggil Nazeera lembut, suaranya penuh keberanian yang baru ditemukan.

Theron mengangkat kepalanya, terkejut melihat putrinya berdiri di ambang pintu. Namun, senyum lembut muncul di wajahnya, menyambut kehadiran anak perempuannya dengan penuh perhatian. "Nea, ada apa?" tanyanya dengan nada hangat.

Detak jantung Nazeera terasa lebih cepat saat dia melangkah masuk. Tatapan matanya mencari dukungan, mencoba mengendalikan ketegangan yang ada. "Ayah, aku ingin bicara sebentar," ucapnya perlahan, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Theron menutup laptopnya dan memberi isyarat untuk duduk. "Silakan, duduklah." Suaranya stabil, penuh perhatian, mengundang Nazeera untuk berbicara lebih lanjut.

Nazeera duduk di kursi sebelah meja kerjanya. Suaranya sedikit bergetar ketika melanjutkan, "Belakangan ini, aku merasa... aku merindukan kasih sayangmu, Ayah. Rasanya ada yang kurang, dan aku ingin memperbaikinya."

Theron diam sejenak, memikirkan kata-kata putrinya. Dia memandangnya dengan tatapan penuh kebanggaan namun juga sedikit penyesalan. "Nea, aku... ayah minta maaf jika tidak selalu ada untukmu. Aku pun merindukan momen-momen kita," kata Theron, suaranya hangat dan penuh kejujuran.

Senyuman tipis terulas di bibir Nazeera. Air mata kecil mengembun di sudut matanya, merasa lega karena akhirnya bisa berbicara dari hati ke hati dengan ayahnya. Mereka saling bertatapan, merasakan bahwa perjalanan untuk memperbaiki hubungan ini baru saja dimulai.

Theron meraih putrinya dan memeluknya dengan lembut. Nazeera merespons pelukan itu, menggenggam tangannya dan menepuk pelan punggung ayahnya, mengirimkan pesan cinta yang penuh penerimaan. Mereka berpelukan dalam keheningan, merasakan kehangatan yang telah lama dinantikan.

Tidak lama kemudian, ibu mereka, Celestia, masuk dengan dua cangkir kopi hangat di tangannya. Senyum lembut menghiasi wajahnya, menambah kehangatan pada suasana. "Ini untuk kalian berdua. Cepat, minumlah," katanya sambil menaruh cangkir di meja.

"Terima kasih, Ayah," ucap Nazeera dengan penuh syukur. "Aku merasa lebih baik setelah kita berbicara."

Theron menepuk bahu Nazeera dengan lembut. "Aku juga merasa begitu, Nea. Kita harus lebih sering menghabiskan waktu bersama, saling mendukung," ujarnya dengan suara penuh kebijaksanaan.

Ibu Celestia duduk di sebelah suaminya, matanya berbinar dengan kebanggaan. "Nea kamu adalah kebanggaan ibu," katanya dengan suara penuh kasih. "Kami selalu ada untuk kalian, selalu siap mendukung."

Theron mengangguk setuju. "Betul, kita harus menjaga komunikasi yang terbuka. Itu penting untuk kita semua."

Saat itu, Zara, adik Nazeera, masuk ke ruang kerja dengan buku di tangannya. Melihat suasana hangat di sekitar mereka, dia tersenyum lebar. "Kak Nea, Ayah, Ibu, ada apa? Kalian kelihatan bahagia," tanyanya dengan penuh semangat.

Nazeera tersenyum lembut, merasa suasana hati mereka semakin ringan. "Kita sedang berbicara tentang hal-hal yang penting, Zar. Ayo, ikut duduk bersama kami," ajaknya dengan hangat.

Zara pun mendekat, duduk di dekat mereka. Mereka semua berkumpul dalam pelukan kehangatan, menciptakan momen kebersamaan yang penuh dukungan dan cinta. Nazeera memandang sekeliling, merasakan betapa pentingnya keluarga dalam hidupnya. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan hanya menambah kehangatan suasana mereka.

Celestia, yang selalu memperhatikan detail, tersenyum penuh kasih. "Nea, kamu pasti lelah setelah bekerja keras. Jangan lupa makan dengan baik, ya? Ibu khawatir kalau kamu terlalu sibuk."

Nazeera tertawa kecil. "Ibu, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah selalu mengingatkan," jawabnya dengan senyum penuh pengertian.

"Ayah dan Ibu selalu ada untukmu, Nea," ujar Theron dengan tenang, memberi dukungan tanpa perlu banyak kata.

Nazeera merasa hangat di dalam hatinya, tahu bahwa meskipun jalan ke depan mungkin tidak selalu mudah, dengan kasih sayang dan komunikasi, mereka bisa menghadapinya bersama.

Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang