Bantuan di Tengah Kegelapan

2 1 0
                                    

Bab 16 : Tindakan Kebaikan di Malam yang Gelap

Dalam cahaya redup dari lampu lorong di supermarket, bayangan samar-samar menari di sekitar rak-rak yang tertata rapi. Lorong-lorong yang sunyi meningkatkan setiap langkah mereka, menambah ketegangan di suasana misterius.

Nazeera, dengan rambut cokelat dan mata tajamnya, berjongkok di samping tumpukan kotak anggur Red Globe yang baru datang. Dengan jari-jarinya yang halus, dia dengan cepat membuka setiap kotak, mengungkapkan buah merah yang menggoda di dalamnya. Di seberangnya, Ryan, pria tegap dengan senyuman ramah, dengan teliti memilah-milah buah-buahan dengan cermat.

"Ada begitu banyak kotak," gumam Nazeera, menggosok dagunya saat mencoba menghitung pekerjaan yang tersisa. Ryan mengangguk setuju, memilih beberapa buah dari kotak-kotak dan menatanya di atas meja. "Ya, Pak Darren memesan banyak kali ini. Dia pasti memiliki rencana besar."

Nazeera mengangguk dengan pikiran yang dalam. "Sepertinya begitu. Tapi tidak masalah; kita bisa mengatasinya. Kita sudah bekerja bersama begitu lama; pasti akan selesai dengan cepat." Langkah mereka yang lembut menyatu, mengiringi kerja keras mereka.

Dengan tekad baru, mereka mulai menangani kotak-kotak anggur. Nazeera mengambil kertas pembungkus dari rak di sebelahnya dan dengan hati-hati membungkus setiap kotak. Sementara itu, Ryan dengan cermat memilih buah-buahan terbaik, membuang yang rusak. Setiap sentuhan mereka seolah menghidupkan buah-buahan itu, memberi mereka perlakuan istimewa sebelum dipajang di rak.

"Kita hampir selesai," kata Nazeera, melirik jam dinding. Ryan mengangguk, "Ya, hampir selesai. Ayo, berikan yang terbaik untuk Pak Darren. Pasti akan membuatnya senang." Detik jam mengingatkan mereka tentang waktu yang terus berjalan.

Setelah beberapa jam bekerja dengan hati-hati, semua kotak anggur Red Globe dibungkus dengan rapi, dan buah-buahnya siap dipajang di supermarket. Nazeera mengusap keringat di dahinya, merasa puas dengan hasil kerja keras mereka. "Selesai!" serunya dengan gembira, meninjau hasil kerja mereka.

Di dalam keheningan ruangan yang disinari cahaya bulan, Darren merasa seolah waktu berhenti. Bayangan-bayangan lembut di luar jendela menciptakan gambaran malam yang tenang. Cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya mengembalikan ingatannya pada momen-momen indah bersama Nazeera di supermarket. Pikirannya melayang pada senyuman hangat dan suara lembutnya yang selalu memberinya semangat.

Gitar itu terasa hangat di pangkuannya, senar-senarnya bergetar lembut saat dia memetiknya. Darren memandang alat musik itu, mengingat bagaimana Nazeera sering duduk di sampingnya, mendengarkan setiap nada yang dimainkannya. Nazeera, dengan matanya yang dalam dan senyumnya yang menawan.

"Kamu tahu, gitar ini selalu menjadi saksi bisu perasaanku," gumam Darren, suaranya hampir hilang di dalam keheningan. "Aku menciptakan lagu-lagu untukmu, Nazeera. Lagu-lagu yang belum pernah kubagikan dengan siapapun."

Kenangan mereka tertanam dalam setiap senar gitar. Darren mengingat pertemuan pertama mereka di supermarket. Nazeera berdiri di hadapannya, rambutnya yang mengalir anggun, matanya yang memancarkan kehangatan. Darren merasa tenggelam dalam mata cokelatnya yang dalam saat pertemuan mata mereka.

"Kamu seperti lukisan hidup," kata Darren pada Nazeera saat itu. "Wajahmu adalah palet warna yang mengisi hidupku."

Nazeera hanya tersenyum, dan dari situlah cinta mereka berkembang. Darren mengajaknya berbicara tentang musik, puisi, dan mimpi-mimpi yang mereka bagi. Setiap momen bersama Nazeera adalah petualangan baru, dan Darren merasa menemukan bagian dari dirinya yang hilang.

Saat Darren mulai memetik senar gitar, melodi yang dia ciptakan mengalun lembut. Lirik-liriknya tercipta dari perasaannya yang mendalam: "Di antara jutaan bintang yang bersinar, Kau adalah yang paling mempesona bagiku. Dengan senyumanmu yang menawan, Kau curi hatiku, oh Nazeera, cinta sejatiku."

Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang