Bab 14 : Kecemasan dan Kompleksitas Perasaan
Langit pagi itu terbentang cerah di atas kota yang ramai. Cahaya matahari yang perlahan muncul dari ufuk timur mengguratkan warna jingga yang hangat di langit. Di Kawasan Perumahan yang Tenang, Nazeera bangun dari tidurnya dengan semangat. Suara burung berkicau riang di luar jendela mengiringi langkahnya menuju dapur kecil, di mana ayahnya sudah sibuk menyiapkan sarapan.
Ibu Celestia, seorang wanita yang lembut dan penyayang, tersenyum hangat membalas sapaan Nazeera. "Selamat pagi, Nea. Bagaimana kabarmu hari ini?"
"Dalam keadaan baik, Ibu," jawab Nazeera dengan senyum yang sama cerianya sambil membantu ibunya menyusun meja sarapan. Matahari yang baru terbit memancarkan sinarnya melalui jendela dapur, menyoroti wajah Nazeera yang bersemangat.
Ayah Theron juga tersenyum, menambah kehangatan pagi mereka. "Selamat pagi, sayang. Apa rencanamu hari ini?"
Mereka berbagi cerita tentang rencana hari itu sambil menikmati aroma kopi yang harum. Aroma kopi yang menggoda mengisi ruangan, menciptakan suasana yang hangat dan akrab.
"Hari ini Nea memiliki tugas di supermarket, Ayah dan Ibu. Saya akan membantu memajang buah dan melakukan pekerjaan lainnya." Nazeera berbicara dengan semangat, membagikan rencananya dengan penuh antusiasme.
Setelah sarapan, Nazeera bersiap-siap untuk pergi ke supermarket tempatnya bekerja. Di sana, dia akan bertemu dengan Pak Darren, rekan kerja yang menjadi sumber kebahagiaannya. Langit pagi yang cerah mengawali hari Nazeera, membawa harapan dan kesempatan baru.
Di dalam supermarket yang sibuk, aroma buah segar menyapa siapa pun yang melangkah di dalamnya. Terlihatlah Nazeera, seorang wanita muda dengan senyum cerah di wajahnya, tengah mempersiapkan diri untuk memulai hari yang sibuk di bagian buah-buahan. Suara langkah kaki pelanggan yang lewat, bau harum dari buah-buahan, dan keriuhan orang berbelanja menciptakan suasana hidup di dalam supermarket.
Saat tiba di sana, Nazeera disambut dengan senyum cerah Darren, yang sudah sibuk menata buah-buahan segar di rak. Senyum Darren adalah seperti sinar matahari yang menyinari hari Nazeera.
"Selamat pagi, Pak Darren," sapanya sambil tersenyum ramah.
"Selamat pagi, Naz," sapa Darren ramah. "Siap untuk hari yang sibuk?"
"Saya selalu siap, Pak," jawab Nazeera dengan antusiasme. Mereka berdua bekerja bersama-sama, membantu pelanggan memilih buah-buahan terbaik dan menjaga kualitas produk di gerai mereka. Nazeera dan Darren, dua orang yang berdedikasi pada pekerjaan mereka, saling melengkapi dan berkolaborasi untuk memberikan pelayanan terbaik.
Nazeera kagum melihat Darren memotong buah dengan mahir di supermarket. Dia ikut membantu, meskipun dibalik senyumnya tersembunyi perasaan kesepian karena kesibukan ayahnya yang membuatnya merindukan kehadirannya. Tajamnya pisau yang memotong buah, gerakan tangan Darren yang terampil, dan aroma segar dari buah-buahan mengisi ruangan.
Di dapur, Ryan dan Sarah, dua koki buah yang berbakat, bekerja sama membuat berbagai hidangan buah. Mereka berusaha memastikan setiap potongan buah sempurna untuk pelanggan. Dengan semangat dan kerjasama, mereka menciptakan pengalaman terbaik bagi pelanggan melalui setiap potongan buah yang mereka sajikan.
"Kita selalu bisa belajar satu sama lain, Sarah. Itulah yang membuat pekerjaan ini begitu menarik," kata Ryan dengan senyum hangat. Matanya berbinar saat dia berbicara tentang dunia kuliner yang tak pernah berhenti memberikan kejutan.
Sarah mengangguk setuju. "Benar sekali, Ryan. Kita terus berkembang dan meningkatkan keterampilan kita bersama-sama. Itu adalah salah satu hal yang paling saya sukai dari pekerjaan ini." Dia memegang pisau dapur dengan hati-hati, memotong nanas dengan teknik baru yang dia pelajari dari buku resep terbaru.
Mereka berdua melanjutkan pekerjaan mereka dengan semangat. Suara pisau yang beradu dengan permukaan kayu meja mengisi ruangan. Meskipun sibuk, mereka tetap menemukan waktu untuk berbicara dan berbagi pengetahuan. Atmosfer di dapur produce penuh dengan semangat dan kehangatan, menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif.
Nazeera, seorang staff yang tengah berjalan melewati dapur, melihat Darren, manajer yang sedang membantu Sarah dan Ryan memotong buah. Darren memiliki wajah berbentuk oval. Nazeera merasa bersyukur memiliki mitra kerja yang dapat diandalkan seperti Darren. Terkadang, kehangatan dan kerjasama mereka membuatnya merasa seperti dia kembali kepada ayahnya yang sibuk di masa kecilnya.
"Darren," panggil Nazeera dengan suara pelan, "kamu tahu, kadang-kadang kamu membuatku teringat pada ayahku." Matanya menerawang ke jauh, mengingat momen-momen indah bersama sang ayah.
Darren menghentikan gerakannya dan menatap Nazeera dengan penuh perhatian. "Apa yang kamu maksud, Naz?"
Nazeera menggeleng lembut, senyumnya memudar sedikit. "Ayahku selalu sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun begitu, dia selalu menemukan waktu untuk mendengarkan saya dan memberikan perhatian khusus saat kami berdua bersama. Terkadang, aku merindukan momen-momen itu."
Darren mengangguk dengan pengertian. "Saya bisa mengerti betapa berharganya momen-momen seperti itu. Mungkin kamu bisa mencoba berbicara dengannya, mengingatkan dia betapa pentingnya waktu bersama bagimu."
Nazeera tersenyum tipis, merasa lega mendapat dukungan dari Darren. "Ya, mungkin itu ide yang bagus. Terima kasih, Darren."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]
General FictionRintik hujan membasahi tanah dengan irama yang hampir menyentuh hati. Di dalam pelukan hujan,Nazeera merasakan kebingungan dan kegelisahan yang mengalir dalam alur air yang turun dari langit. Tetapi di tengah rintik hujan yang mengalir, ada keindaha...