Bab 13 : Menyelaraskan Perasaan Pribadi dan Profesional dalam Lingkungan Kerja
Nazeera melangkah dengan hati-hati melintasi aula yang ramai di tempat kerjanya. Ruangan itu terasa seperti perpaduan antara kebun bunga yang mekar dan kafe yang hangat. Dinding-dindingnya dicat dengan warna pastel, dan potongan buah segar diletakkan di sudut ruangan, mengundang siapa pun yang memasuki ruangan untuk merasakan kesegaran udara. Cahaya alami menyinari ruangan melalui jendela besar, menciptakan atmosfer yang nyaman dan menyegarkan.
Namun, di balik keceriaan itu, ada sesuatu yang lebih dalam. Nazeera merasakan sorakan samar-samar dari rekan-rekannya saat dia berjalan melintasi lorong supermarket. "Cie cie," mereka berbisik, melodi yang lucu dan menggoda. Kedekatan antara Nazeera dan Darren telah menjadi bahan obrolan di antara mereka. Meskipun awalnya Nazeera mungkin merasa terkejut dengan perhatian yang diberikan oleh Darren, kini dia mulai menikmati perasaan itu.
Saat dia berdiri di area timbangan, membalut buah anggur dengan hati-hati, Nazeera merasa seolah-olah ada mata yang mengawasinya. Dia melirik ke sekeliling supermarket, tetapi semuanya tampak normal. Namun, sensasi itu tetap ada, seperti benang tak terlihat yang menghubungkannya dengan seseorang yang tidak terlihat.
Tiba-tiba, dia merasakan ketukan lembut di bahunya, menyebabkan dia melompat kaget. Dia berbalik untuk menemukan Darren berdiri di belakangnya, senyum hangat di wajahnya. Matanya yang cokelat menatap Nazeera dengan intensitas yang membuat pipinya memerah.
"Hei, Naz," Darren berkata dengan suara lembut, "apakah kamu punya waktu?"
Nazeera merasa jantungnya berdetak kencang mendengar suaranya. "Tentu saja, Darren. Ada yang bisa saya bantu?"
Darren mendekatkan diri ke Nazeera, dan dia bisa merasakan hembusan napasnya yang hangat. "Saya hanya ingin mengatakan betapa saya menghargai semua kerja keras Anda akhir-akhir ini," katanya, kata-katanya mengirimkan aliran kehangatan melalui pembuluh darahnya. "Anda telah menjadi aset berharga bagi tim, dan saya ingin secara pribadi berterima kasih atas dedikasi Anda."
Nazeera tersenyum, merasa terhormat dan dihargai. Dia tidak pernah membayangkan bahwa perasaan yang tumbuh di antara mereka berdua akan membawanya ke momen seperti ini. Di balik sorakan "cie cie" dan gema samar-samar, ada sesuatu yang lebih dalam dan indah. Dan Nazeera tahu, di antara buah-buahan yang dia bungkus, ada sesuatu yang lebih manis lagi: perasaan yang tumbuh di antara mereka berdua.
Nazeera merasa seperti terbang di atas awan ketika Darren memuji hasil kerjanya. Setiap kata yang keluar dari mulut Darren terasa seperti bunga-bunga yang mekar di hatinya. "Terima kasih, Darren," bisiknya, suaranya hampir hilang. "Kata-kata Anda berarti banyak bagi saya."
Darren menatapnya dengan tulus, tangan besar dan kuatnya meremas bahunya dengan lembut. "Sama-sama, Nazeera. Teruslah bekerja dengan baik."
Nazeera mengangguk, matanya tak lepas dari wajah Darren saat dia berjalan pergi. Rasa rindu tumbuh di dadanya, dan dia tidak bisa menghentikan perasaan itu. Darren adalah orang pertama yang membuatnya merasa seperti ini, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Hari-hari berubah menjadi minggu-minggu, dan Nazeera semakin tergila-gila dengan Darren. Setiap kali mereka bertemu, detak jantungnya berpacu. Setiap senyum, setiap sentuhan, semuanya hanya memperdalam perasaannya padanya. Dia merasa seperti terjebak dalam aliran sungai yang menghanyutkannya, dan dia tidak ingin berusaha melawan arus.
Suatu sore, saat dia duduk di ruang istirahat sambil menyeruput kopi, Darren tiba-tiba muncul di sampingnya. Kehadirannya membuat jantungnya berdebar kencang. "Keberatan jika aku bergabung denganmu?" tanyanya dengan senyuman menawan.
Nazeera merasa pipinya memanas. "Tidak sama sekali, Darren. Silakan duduk."
Darren menarik kursi dan duduk di seberangnya. Matanya tidak pernah meninggalkan wajahnya. "Aku sudah bermaksud menanyakan sesuatu padamu, Naz."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]
General FictionRintik hujan membasahi tanah dengan irama yang hampir menyentuh hati. Di dalam pelukan hujan,Nazeera merasakan kebingungan dan kegelisahan yang mengalir dalam alur air yang turun dari langit. Tetapi di tengah rintik hujan yang mengalir, ada keindaha...