Bab 25: Memupuk Kebersamaan Lebih Dalam
Di pagi yang cerah di kota kecil tempat tinggal keluarga Darren, sinar matahari menyapa jalan-jalan yang tenang. Pak Zenith, seorang pria yang penuh semangat, sudah bersiap-siap untuk memulai hari dengan tekad yang kuat. Sementara itu, Nyonya Seraphina, ibu rumah tangga yang penuh kasih, sibuk menyiapkan sarapan pagi dengan cinta yang mengalir dari setiap gerakan tangannya.
Keluarga Darren memiliki ikatan yang kuat, meskipun mereka pernah menghadapi tragedi dan perdebatan. Darren, anak laki-laki yang penuh semangat, pernah berselisih dengan keluarganya terkait keyakinan leluhur dan membela Nazeera. Namun, rasa kasih sayang mereka tetap tidak berubah. Mereka memilih untuk saling mendukung dan memperkuat hubungan keluarga, mengedepankan pengertian dan cinta dalam menghadapi situasi sulit.
Di ruang makan, Darren menyeruput secangkir kopi sebelum berangkat bekerja. "Pagi, ayah, ibu," sapa Darren dengan senyuman cerah.
"Halo, sayang. Bagaimana persiapanmu untuk hari ini?" tanya Nyonya Seraphina sambil mengatur piring-piring di meja.
Darren menjawab dengan antusias, "Hari ini akan menjadi hari yang sibuk di supermarket. Ada banyak persiapan yang harus dilakukan untuk area produk-produk segar."
Pak Zenith mengangguk penuh pengertian. "Kerja kerasmu selalu menginspirasi kami, Darren. Kami bangga memiliki anak yang bertanggung jawab dan tekun seperti kamu."
Luna, sang putri yang masih berkuliah, turun ke ruang makan dengan buku-buku kuliahnya di tangan. "Pagi, semua," sapa Luna dengan ramah. "Maafkan aku jika terlambat, aku harus menyelesaikan beberapa tugas kuliah."
Nyonya Seraphina tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, sayang. Prioritaskan tugas-tugasmu dengan baik. Kami selalu mendukungmu dalam perjalanan akademismu."
Setelah sarapan, Darren bersiap-siap untuk berangkat bekerja di supermarket setempat, sedangkan Luna mempersiapkan diri untuk pergi ke kampus. Sebelum mereka berpisah, mereka memberikan pelukan hangat satu sama lain.
Di supermarket, Darren sibuk mengawasi berbagai aktivitas di area produk-produk segar. Ia memeriksa kualitas buah-buahan, mencium aroma segar dari sayuran, dan mendengarkan suara keranjang belanja yang bergesekan di lantai. Setiap gerakan dan indera Darren terlibat dalam memastikan produk yang ditawarkan kepada pelanggan tetap berkualitas.
Saat istirahat makan siang, Darren menerima telepon dari Luna. "Halo, Luna. Ada yang bisa aku bantu?" tanya Darren dengan suara hangat.
"Lagi-lagi, aku bingung dengan satu tugas kuliah. Apakah kita bisa bertemu setelah kak Darren selesai kerja?" pinta Luna dengan suara penuh harap.
"Pasti, Luna. Aku akan menunggumu di kafe favorit kita setelah kerja," janji Darren dengan senyum di bibirnya.
Setelah jam kerja selesai, Darren bertemu dengan Luna di kafe mereka. Cahaya senja memancar melalui jendela, menciptakan suasana yang hangat dan intim. Mereka duduk di sudut yang tenang, sambil saling bertukar pikiran tentang tugas kuliah Luna. Darren mendengarkan dengan seksama, matanya terfokus pada wajah Luna yang penuh semangat. Ia merasa beruntung memiliki saudara perempuan yang cerdas dan tekun seperti Luna.
"Kamu pasti bisa menyelesaikan tugas ini, Luna," ucap Darren dengan penuh keyakinan. "Kita akan membahasnya bersama-sama."
Luna tersenyum. "Terima kasih, Kak Darren. Kamu selalu ada untukku."
Keduanya mengobrol panjang lebar, membahas konsep-konsep kuliah, menggali ide-ide baru, dan saling memberikan dukungan
"Tidak perlu mengucapkan terima kasih, Luna. Kita adalah saudara, selalu saling mendukung satu sama lain," balas Darren dengan tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]
Fiksi UmumRintik hujan membasahi tanah dengan irama yang hampir menyentuh hati. Di dalam pelukan hujan,Nazeera merasakan kebingungan dan kegelisahan yang mengalir dalam alur air yang turun dari langit. Tetapi di tengah rintik hujan yang mengalir, ada keindaha...