Bab 48 : Perpisahan Nazeera Dan Darren
Perempuan itu merenung dalam keheningan kamar yang terang. Cahaya senja menyusup melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di dinding. Suara gemericik air dari pancuran kamar mandi mengiringi pikirannya yang berputar-putar.
Ponselnya bergetar di atas meja, menandakan panggilan masuk dari Darren. Namun, Nazeera memilih untuk mengabaikannya, membiarkan kerumitan pikirannya mengambil alih.
Nazeera duduk sendirian di dalam kamar yang terang. Suara gemericik air dari pancuran kamar mandi mengisi keheningan. Cahaya senja meresap melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di dinding putih.
Gadis berambut sebahu itu berbicara sendiri, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan. "Darren, aku mencoba untuk menjauh. Bukan karena aku tidak peduli, tapi karena aku terlalu peduli. Setiap kali kita berbicara, dunia terasa berputar lebih cepat bagiku. Setiap senyummu membawa kenangan manis yang sulit kuhilangkan. Aku takut, Darren. Takut bahwa perasaanku akan mengganggu kebahagiaanmu."
Dia memandang ponselnya yang bergetar di atas meja, panggilan dari Darren. Nazeera membisikkan kata-kata pada dirinya sendiri.
"Ini panggilan dari Darren. Aku tahu dia ada di sana, tetapi aku tidak bisa menjawab. Aku harus menghindar. Aku ingin memelihara perasaan ini, tapi aku juga ingin melindungi hatiku."
Nazeera mengambil kalung yang diberikan Darren padanya, memutar-mutar di jari-jarinya. "Kalung ini adalah simbol dari waktu yang kita habiskan bersama. Aku tahu dalam waktu dekat dia punya Cassandra, dan aku menghormati itu. Tapi hatiku tidak mengikuti logika. Aku mencintaimu, Darren. Tapi aku juga mencintai diriku sendiri. Aku harus memilih, meski itu menyakitkan."
"Kita adalah dua bintang yang berputar di orbit yang berbeda. Aku akan berada dalam bayang-bayangmu, meski kita tak bisa bersatu. Biarkan aku menghilang sejenak, Darren. Biarkan aku mencari kedamaian dalam keheningan ini. Mungkin suatu saat, kita akan bertemu lagi di tempat yang berbeda, di waktu yang tepat. Sampai saat itu, aku akan menjaga kenangan ini dalam hati yang penuh harapan."
"Aku berharap semesta bisa menjagamu dengan baik, Darren, karena kamu adalah lelaki terbaik yang pernah ada dalam hidupku. Bagi aku, dia adalah segalanya karena kehadirannya membawa kebahagiaan, dan andai dia tahu bahwa dia adalah pengalaman pertama dalam hidupku karena dia memberikan sentuhan yang ringan. Ku harap kebahagiaanmu selalu menyertaimu. Dan selamat abadi, lelaki terbaikku."
Nazeera memilih untuk menghilang dari kehidupan Darren karena merasa tak mungkin bersama dengannya. Ada faktor eksternal yang mempengaruhinya, seperti tekanan dari keluarga Darren atau perbedaan dalam rencana hidup mereka. Selama absennya, Nazeera merasakan rindu dan kesedihan yang dalam terhadap Darren, tetapi dia harus memilih jalan hidupnya sendiri.
Dalam perjalanan emosional yang rumit setelah Nazeera menghilang, Darren terus terbayang oleh kenangan manis bersama Nazeera. Meskipun begitu, dia berusaha keras untuk fokus pada kewajibannya sebagai calon suami Cassandra. Darren dan Cassandra semakin dekat, membahas rencana pernikahan mereka dan berbagi momen kecil bersama. Meski bayangan Nazeera kadang mengganggunya, Darren berkomitmen untuk membuat pernikahan mereka berhasil.
Suatu sore di taman rumah Cassandra yang hangat, Darren duduk berbicara dengan Cassandra di bawah naungan pohon besar yang daunnya berbisik dengan angin. "Cassandra, aku berterima kasih atas kesabaranmu. Aku berharap kita bisa menemukan kebahagiaan bersama, meskipun aku tahu hatiku masih terbagi."
Cassandra menatapnya penuh pengertian. "Darren," ujarnya dengan lembut, "kita tidak bisa memilih perasaan yang datang. Tapi kita bisa memilih bagaimana kita menghadapinya. Kita akan menjalani ini bersama, dan siapa tahu, mungkin cinta akan tumbuh di antara kita."
Darren mengangguk, mencoba menenangkan gelombang emosinya. Di dalam dadanya, Nazeera masih berputar-putar seperti bintang yang terjebak dalam orbit tak teratur. Dia tahu bahwa perjalanan ini akan penuh liku, tapi dia berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha sebaik mungkin. Mungkin, di antara kebingungan dan keraguan, mereka bisa menemukan jalan untuk bersama.
Sementara persiapan pernikahan terus berlanjut dengan aktifnya keterlibatan keluarga dari kedua belah pihak, Darren berusaha menyembunyikan kecemasannya di tengah keriuhan keluarga. Namun, kerinduannya terhadap Nazeera tetap menghantui.
Di malam sebelum pernikahan, Darren dan Cassandra duduk di teras rumah di bawah langit bintang yang tenang. Cahaya bulan memeluk tubuh mereka, menggambarkan bayangan lembut di sekeliling. Darren berkata dengan hati-hati, "Cassandra, besok adalah hari yang penting. Aku harap kita bisa menjalani ini dengan kebahagiaan, meskipun aku tahu ada luka yang belum sembuh di hatiku."
Cassandra menggenggam tangan Darren dengan lembut. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Darren. Aku percaya bahwa cinta bisa tumbuh dan mengubah segalanya. Seperti bunga yang menemukan sinar matahari, kita akan tumbuh bersama."
Dalam persiapan pernikahan, Darren mencari momen bersama Cassandra. Mereka berbagi mimpi dan harapan. Meski dia berusaha menyembunyikan kecemasannya, perasaannya terbagi antara Cassandra dan Nazeera, dan kesedihannya masih terlihat.
Hari pernikahan mereka tiba. Ruangan dipenuhi dengan kegembiraan dan dekorasi berwarna biru laut yang indah. Bunga-bunga mekar di setiap sudut, mengeluarkan aroma manis yang mengisi udara. Darren memakai jas dan Cassandra memakai gaun putih panjang. Rambut panjang Cassandra terlihat indah dengan tambahan mahkota. Para tamu undangan, termasuk teman-teman mereka, mengenakan baju biru laut sesuai dengan tema pernikahan.
Darren berdiri tegak di pelaminan, berusaha tersenyum tulus. Tamu-tamu merayakan, mata tertuju pada Cassandra yang berjalan menuju pelaminan. Darren merasa gugup, berharap cinta bisa tumbuh di antara mereka.
Cassandra berdiri di sampingnya, tangan mereka tergenggam erat. Darren melihat ketulusan dan keberanian dalam matanya. Dia berharap ada ruang untuk cinta baru di antara keraguan dan perbedaan mereka. Ketika Cassandra menjawab janji pernikahan Darren dengan tulus, dia merasa seperti hatinya dibersihkan oleh hujan lebat.
Ryan, seorang staf yang mengenal baik Darren, menggoda Darren dengan senyum lebar. "Akhirnya, Darren! Kamu akan menjadi suami yang baik, kan?"
Sarah, sahabat Cassandra sejak mereka masih remaja, menggandeng tangan Cassandra dengan penuh kehangatan. "Kamu cantik sekali, Cass. Darren pasti akan terpesona."
Erika, sahabat Darren yang selalu ceria, berdiri di dekat meja kue. "Ayo, kita rayakan pernikahan mereka dengan tarian! Siapa yang mau bergabung?"
Meskipun kehadiran Ryan dan Sarah memberikan kehangatan, Darren masih merasa kekosongan karena Nazeera tidak ada di sana. Dia mengingat saat-saat indah yang pernah mereka bagikan, senyum Nazeera yang selalu menghangatkan hatinya. Meskipun begitu, Erika hadir sebagai undangan dari keluarga Darren, menambah semarak acara.
Di antara tawa dan keceriaan, Darren terlihat melirik ke pintu dengan harapan melihat Nazeera. Namun, ketidakhadirannya memberikan sentuhan melankolis pada perayaan yang seharusnya penuh kebahagiaan. Darren merasa seperti seorang penyair yang menulis puisi tentang dua cinta yang beradu, tentang pilihan yang harus diambil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]
Ficción GeneralRintik hujan membasahi tanah dengan irama yang hampir menyentuh hati. Di dalam pelukan hujan,Nazeera merasakan kebingungan dan kegelisahan yang mengalir dalam alur air yang turun dari langit. Tetapi di tengah rintik hujan yang mengalir, ada keindaha...