Kegagalan Dendam Lucas

4 1 0
                                    

Bab 3 : Menyikapi Kegagalan dan Kebijaksanaan dari Pengalaman dengan Lucas

Dalam kegelapan malam, angin berbisik di sekitar Lucas. Lelaki itu merasa dendamnya terhadap Nazeera menggumpal seperti gunung berapi yang meletus. Rencananya yang rumit dan licik, sekarang hanyalah debu terbawa angin. Marah dan frustrasi membelenggu hatinya, mengubahnya menjadi badai yang tak terkendali.

Langkah kakinya terasa berat saat dia meninggalkan tempat pertemuan yang telah menjadi markasnya selama ini. Pikirannya dipenuhi oleh kekesalan dan kegagalan. Dia tidak bisa membiarkan Nazeera menang dengan mudah. Sementara itu, di tempat lain, Nazeera duduk bersama sahabatnya, Ameera, di sebuah kafe yang tenang. Wajahnya bersinar ceria saat dia menceritakan pengalaman buruknya dengan Lucas. Kisahnya seperti angin yang membawa kabar buruk, menggema di telinga pendengarnya.

"Aku tidak percaya dia berani datang ke tempat kerjaku! Dia seperti bayangan yang tak pernah lepas dariku," ucap Nazeera, ekspresinya mencerminkan campuran antara kebingungan dan ketakutan.

Gadis berkulit olive mengangguk, matanya penuh dengan empati. "Apa yang dia lakukan di sana?"

"Dia hanya berdiri di sana, memandangiku dengan tatapan yang penuh dengan kebencian. Rasanya seperti semua mata di supermarket itu tertuju padaku," jawab Nazeera, suaranya gemetar.

"Mungkin dia mencoba mengintimidasimu," saran Ameera, mencoba menenangkan sahabatnya.

Nazeera mengangguk setuju. "Mungkin... Tapi rasanya lebih dari itu. Dia selalu punya rencana tersembunyi, aku bisa merasakannya."

"Mungkin kita harus waspada. Tidak ada yang tahu apa yang bisa dia lakukan selanjutnya," kata Ameera dengan nada serius.

Gadis berambut cokelat sebahu sedikit ikal menggigit bibirnya, memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. "Aku tidak akan membiarkannya menghancurkan hidupku. Aku akan melawan, tidak peduli apa pun yang dia lakukan."

Hari berikutnya, Nazeera memasuki supermarket tempatnya bekerja dengan hati-hati. Dia merasa seperti ada sesuatu yang mengintip di balik setiap lorong dan rak. Bau buah-buahan segar menyapa hidungnya, dan suara langkah kaki pelanggan menggema di telinganya. Dia melihat sosok yang dikenalnya dengan baik berdiri di depan rak buah. Lucas, seperti bayangan yang tak pernah lepas dari pandangannya.

Hatinya berdegup kencang saat dia mendekati Lucas dengan langkah yang mantap. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya, mencoba menahan ketegangan di dalam dirinya.

Lelaki berambut pirang pasir tersenyum sinis. "Aku hanya ingin melihat bagaimana kamu menjalani hidupmu setelah memutuskan aku."

Nazeera menahan amarahnya. "Kamu tidak punya hak untuk memata-mataiku. Pergilah dari sini sekarang juga!"

"Tenang saja, Nazeera. Aku tidak akan menyakitimu di sini. Tapi ingatlah, aku selalu di sini, mengawasimu," kata Lucas dengan nada yang mengancam.

***

Nazeera merasa jantungnya berdebar keras di dalam dadanya. Dia tahu dia harus tetap kuat dan tidak membiarkan Lucas mendapat yang dia inginkan. Dengan sikap teguh, dia menatap langsung ke mata Lucas dan berkata, "Aku tidak takut padamu. Kamu tidak akan pernah bisa menghentikanku."

Dengan itu, Nazeera berbalik dan meninggalkan Lucas di belakangnya, berjalan dengan langkah mantap menuju kehidupannya yang baru. Meskipun dia tahu bahwa Lucas akan selalu mengintainya di kegelapan, dia tidak akan pernah menyerah pada rasa takutnya.

Nazeera merasa ponselnya bergetar di dalam saku saat sedang bekerja di supermarket. Dia melirik layar dan melihat panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Setelah memastikan tidak ada pelanggan di sekitarnya, dia menjawab panggilan itu.

Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang