Pertemuan Keluarga Darren

2 1 0
                                    

Bab 43: Harmoni Keluarga Pagi Hari

Di suatu senja yang hangat, cahaya jingga merayap perlahan melalui jendela besar di ruang makan keluarga Darren. Perabotan mewah dan hiasan dinding bergaya klasik menciptakan suasana yang elegan dan nyaman. Di tengah ruangan, meja panjang terhampar dengan penuh kehangatan, menanti momen berharga bersama.

Nyonya Seraphina, ibu yang anggun dan bijaksana, duduk di ujung meja. Rambut peraknya terurai dengan indah, dan matanya memancarkan kehangatan saat ia tersenyum kepada semua orang yang hadir. Darren, anak sulung dari dua bersaudara, duduk di sebelah ibunya dengan sikap hormat. Wajahnya yang tegas menyiratkan tanggung jawab sebagai pewaris keluarga.

Mr. Anthony, pamannya yang berkharisma, dan Cassandra, wanita muda yang mempesona, duduk di meja makan. Mereka menikmati hidangan lezat yang disiapkan oleh koki pribadi keluarga. Darren merasakan kehangatan dan kebersamaan saat mereka menikmati makan malam bersama dalam percakapan ringan dan tawa.

Namun, ketika makan malam hampir berakhir, Nyonya Seraphina menyampaikan berita yang mengejutkan. Suara lembutnya memecah keheningan. "Ada sesuatu yang ingin saya diskusikan dengan kalian semua," katanya dengan tegas. "Seorang teman baik saya, yang juga merupakan paman dari seorang anak perempuan seumuran dengan Darren, mengusulkan ide perjodohan antara mereka berdua."

Darren terkejut. Ia merasa seperti terjebak dalam alur waktu yang tak terduga. "Perjodohan?" gumamnya dengan nada heran. Ia memandang Cassandra, yang tampak sama terkejutnya.

Mr. Anthony tersenyum lebar. "Ini benar-benar suatu kehormatan bagi keluarga kita," katanya penuh semangat. "Dan tentu saja, ini adalah kesempatan untuk memperluas jaringan bisnis kita juga." Darren merasa tekanan berat menghampirinya. Ia harus memutuskan antara kewajiban keluarga dan hati nuraninya sendiri.

Cassandra, dengan matanya yang tajam, menatap Darren seolah ingin menembus hatinya. "Tapi apakah Darren benar-benar setuju dengan rencana ini?" tanyanya tiba-tiba.

Darren merasa terjepit di antara harapan ibunya dan pertanyaan tajam dari Cassandra. Dia merenung, memutar-mutar pilihan yang menghantui pikirannya. Di tengah keraguan itu, bayangan wajah Nazeera muncul, menghiasi sudut hatinya dengan kehangatan yang tak terlupakan.

"Bagaimana gadis itu?" tanya Darren akhirnya, mencoba menggali lebih dalam tentang calon jodohnya.

***

Nyonya Seraphina, ibu Darren, tersenyum antusias. "Dia adalah seorang perempuan yang manis dan cerdas. Bakat seninya luar biasa, dan pandangannya tentang bisnis keluarga sangat matang."

Darren mendengarkan dengan penuh perhatian, namun dalam hatinya, Nazeera tetap menghuni ruang kosong. Dia merasa terikat dengan Nazeera lebih dari sekadar ikatan keluarga atau bisnis. Nazeera, dengan senyumnya yang hangat dan mata yang selalu penuh pengertian, telah menjadi teman sejati dan rekan kerja yang tak ternilai baginya.

Malam itu, di bawah langit yang tenang, Darren duduk di kursi beranda, merenungkan pilihan-pilihan yang harus dihadapinya. Antara harapan ibunya, persahabatan yang dalam dengan Nazeera, dan cinta yang terpendam, dia harus menemukan jalan yang membawa kedamaian bagi dirinya sendiri.

Langit malam berubah menjadi kanvas gelap yang dihiasi oleh gemerlap bintang-bintang. Bulan tersembunyi di balik awan-awan yang mengambang dengan perlahan. Darren merenungkan misteri kehidupan, menggelayut dalam ketegangan yang mengisi udara.

"Er," ujar Darren dengan suara rendah, "aku harus memberitahumu sesuatu."

Erika menatap Darren dengan penuh perhatian. "Apa itu, Darren?"

"Orang tuaku... mereka ingin aku menikah dengan Cassandra," kata Darren dengan berat hati.

Erika mengangguk, memahami situasi yang sulit. "Tapi, cinta sejatimu ada pada Nazeera, bukan?"

Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang