Bab 37 : Kenangan Masa Lalu
Dalam cahaya pagi yang hangat, Nazeera memulai hari dengan semangat di supermarket tempatnya bekerja. Darren, sahabat dekatnya dan manajer area, mendekatinya dengan senyum ramah. Meskipun pikirannya melayang ke percakapan dengan Nathan semalam, Nazeera merasa campur aduk. Kecerdasannya dan keberaniannya telah menarik hati Nathan. Di tengah hujan malam, Nathan merenung, mempertimbangkan perasaannya pada Ameera dan Nazeera.
Saat pintu kafe terbuka, aroma kopi yang harum menyambutnya. Di sudut kafe, dia melihat Ameera, sosok yang pernah menjadi pusat perhatiannya di masa lalu. Wajah Ameera yang lembut, diterangi cahaya redup lampu, menarik Nathan untuk mendekat. Hati mereka, sekali lagi, bertemu setelah sekian lama. Ameera, dengan senyuman hangat, menyapa Nathan. "Nathan, sungguh suatu kejutan melihatmu di sini."
Hujan semakin mengintensifkan ritme di luar, menciptakan latar belakang yang cocok untuk pertemuan tak terduga ini. Pada suatu titik, Ameera mengenang kisah masa SMA mereka, suatu masa di mana mereka terlibat dalam petualangan remaja, penuh canda dan tawa. Nathan mengingat bagaimana Ameera selalu ada di sana, mendukungnya dalam tantangan dan kegagalan.
"Kau tahu, Ameera," ucap Nathan, "kamu selalu menjadi sosok yang menginspirasi bagiku."
Namun, obrolan itu mengambil dimensi baru ketika Ameera menyebut Nazeera, sahabatnya sekarang. Nathan tidak bisa menahan rasa kagumnya terhadap wanita itu. Nazeera, dengan kecerdasan dan keberaniannya yang luar biasa, telah menjadi inspirasi baginya. "Nazeera," kata Nathan, "dia bukan hanya teman. Dia adalah sumber inspirasi bagi banyak orang, termasukku. Kecerdasannya, keberaniannya, dan kebaikannya membuatnya istimewa."
Ameera mengamati ekspresi Nathan dengan cermat, merasakan perubahan dalam dinamika perasaannya. Di balik senyumannya, ada rasa kehilangan dan kebingungan yang dalam. Dia merasa Nathan tidak lagi sama seperti dulu, tidak lagi sepenuhnya tersedia untuknya seperti di masa lalu. Perasaan itu membuatnya sedih, tetapi juga membebaskan, karena dia merasa terhubung dengan masa depan yang belum tentu.
Nathan dan Ameera berjalan di bawah hujan yang masih berderai. Jalan yang basah memantulkan cahaya lampu jalan, menciptakan atmosfer romantis di sekitar mereka. Nathan, dengan mantelnya yang basah, menatap Ameera dengan penuh perhatian. Mereka berbicara dengan suara lembut, seperti dua orang yang terhanyut dalam percakapan yang mendalam.
Tiba-tiba, Nathan merasa hatinya berdesir. Nazeera, wanita yang telah mencuri perhatiannya, muncul dalam pikirannya. "Apa yang kau kagumi dari Nazeera?" tanyanya pada Ameera.
Ameera merespons dengan senyum lembut, tetapi dalam hatinya terasa pilu. Dia mencoba untuk bersikap objektif dan mendukung perasaan Nathan, meskipun terdapat luka yang terpendam di dalamnya. "Nazeera bukan hanya teman," jawab Ameera, "dia adalah sumber inspirasi bagi banyak orang. Kecerdasannya, keberaniannya, dan kebaikannya membuatnya istimewa. Kami saling mendukung dalam setiap langkah hidup."
Langkah mereka terdengar di atas trotoar yang basah. Awan-awan hitam masih menggelayuti langit, tetapi semangat di antara Nathan dan Ameera terasa hangat seperti sinar bulan di malam hujan.
Mereka memutuskan untuk singgah sejenak di taman kota yang sepi. Di bawah rindangnya pepohonan yang masih basah oleh hujan, Nathan duduk di bangku kayu yang lembab. Ameera menatap kejauhan, matanya menangkap kilauan cahaya kota yang memperindah malam.
"Nathan," ucap Ameera dengan lembut, "Masa lalu membawa kenangan manis, tetapi kini kita berada di sini, di masa kini. Bagaimana dengan Nazeera? Apa yang kau rasakan padanya?"
Nathan menghela nafas dalam-dalam, mencoba merangkai kata-kata dengan hati-hati. "Nazeera adalah kejutan dalam hidupku. Dia tidak hanya memikatku dengan kecantikannya, tetapi juga dengan kecerdasan dan kepribadiannya yang luar biasa. Setiap kali aku berada di dekatnya, ada rasa hangat dan nyaman yang sulit dijelaskan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Kesedihan Dipelukan Hujan [End]
General FictionRintik hujan membasahi tanah dengan irama yang hampir menyentuh hati. Di dalam pelukan hujan,Nazeera merasakan kebingungan dan kegelisahan yang mengalir dalam alur air yang turun dari langit. Tetapi di tengah rintik hujan yang mengalir, ada keindaha...