Kini tatapan penuh kebencian tengah terarah ke satu orang. Yifan hanya bisa menutup mata, menghela nafas, pasrah. Ia tidak menyangka kembalinya ia ke istana justru akan berakhir runyam seperti ini.
"Kalian sudah mendengarnya sendiri, kan?! Orang yang selama ini kalian pikir bisa membawa perubahan yang baik untuk negara kita, tidak lebih dari seorang pembunuh!"
Dada Yifan serasa ditikam belati panjang ketika kini dirinya mendapatkan label baru sebagai seorang pembunuh, yang ironisnya korbannya adalah ayahnya sendiri.
"Seret dia ke penjara!"
Anak buah Sung Hoon berjalan mendekati Yifan yang hanya berdiri lemas dengan kedua mata yang masih tertutup.
"Mari, Yang Mulia!"
"Tunggu."
Yifan membuka matanya. Sorot mata yang semula nampak kacau, kini terlihat lebih tenang. Ekspresi wajahnya juga sudah tidak sekalut tadi. Ia menggerakkan kakinya, berjalan mendekati Sung Hoon.
"Berapa lama kau merencanakan semua ini, Sung Hoon-ah?"
Dengan suara tenang, Yifan bertanya sambil menatap lurus pada Sung Hoon.
Para menteri yang mendengar ucapan Yifan, saling menatap dalam bingung.
"Apa maksud ucapanmu, huh?! Hei! Kenapa diam?! Bawa dia ke penjara sekarang juga!"
2 orang pria yang ditunjuk oleh Sung Hoon bergegas mendekati Yifan, namun belum sampai tangan mereka meraih tubuh Yifan, sang Putra Mahkota sudah lebih dulu mengangkat tangannya sebagai tanda agar mereka berhenti.
"Aku masihlah pemegang kekuasaan tertinggi di ruangan ini, jadi kalian harus mendengar perintahku."
2 pria bertubuh besar itu kicep dan beringsut mundur. Mendengar ucapan serta sorot mata tajam Yifan, mereka tidak berani berkutik.
"Dasar tidak tahu diri! Kau masih berani menyebut dirimu Putra Mahkota setelah mencoba membunuh ayahmu sendiri?"
Kali ini Yifan memberikan reaksi yang berbeda dengan sebelumnya. Ia tidak lagi nampak kalut dan pasrah. Ia justru menatap Sung Hoon dengan tenang, seolah tuduhan itu tak lagi memprovokasi dirinya.
"Kau benar! Kau benar saat mengatakan bahwa akulah yang paling diuntungkan jika ayahku wafat, karena secara otomatis tahta kepemimpinan Kerajaan Arden akan jatuh ke tanganku. Tapi-"
Yifan terdiam sejenak, menikmati perubahan ekspresi di wajah Sung Hoon. Antara cemas, kesal dan panik.
"Bukankah itu sedikit tidak masuk akal, Sung Hoon-ah? Coba kau pikir lagi, untuk apa aku melakukan hal kotor semacam ini hanya demi merebut tahta yang nantinya pasti akan jadi milikku, hm?"
Sung Hoon mengepalkan kedua tangannya sembari menatap tajam ke arah Yifan yang belum beranjak seinchi pun dari hadapannya.
"Tentu saja karena kau berambisi untuk segera menguasai Kerajaan!"
Yifan tertawa kecil. Entah kenapa jawaban Sung Hoon baru saja terdengar menggelikan di telinganya.
"Jika memang itu alasannya, aku hanya tinggal meminta ayahku untuk segera memberikan tahta itu padaku, Sung Hoon-ah. Aku tidak perlu mengotori tanganku dengan perbuatan semacam ini karena dia pasti akan memberikannya dengan sangat senang hati."
Senyum tenang yang Yifan tampilkan seakan membakar emosi di dalam diri Sung Hoon. Ia menyeringai penuh kebencian pada sepupunya tersebut.
"Akan lebih masuk akal, jika motif dari tindakan percobaan pembunuhan ini adalah untuk mendapatkan sesuatu yang tidak ditakdirkan untuk si pelaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heirs
FanfictionKyungsoo adalah seorang pencuri. Siapa yang menyangka, misi terakhir nya mengubah jalan hidup serta takdirnya. Pertemuannya dengan Baekhyun yang dipenuhi dengan kepalsuan, membawa keduanya berakhir pada titik yang tidak pernah keduanya sangka. Muncu...