Lembaran ke-28

125 24 12
                                    

Park Yeol jatuh terduduk. Kakinya tiba-tiba terasa lemas. Ia beringsut mundur ketika Phoenix terus mendekat ke arahnya.

"Berhenti! Jangan mendekat!"

Pemuda berbadan kekar itu benar-benar ketakutan saat mendapati bahwa burung di hadapannya bukanlah burung biasa. Wajahnya memucat dengan mata yang memancarkan sorot takut luas biasa.

Burung Phoenix terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak habis pikir dengan sikap Park Yeol yang menurutnya berlebihan.

"Hei manusia! Apakah orang tuamu tidak memberitahu tentang keberadaan kami?"

Park Yeol berhenti bergerak ketika jarak antara dirinya dan Phoenix sudah cukup jauh. Pemuda itu menggeleng.

"Orang tua ku tidak pernah bersekolah. Dan sepertinya kakek nenekku juga. Jadi tidak ada yang memberitahuku tentang hal-hal diluar nalar seperti ini."

Kembali Phoenix menggelengkan kepalanya. Ia menatap wajah ketakutan Park Yeol dan di saat yang bersamaan, ia merentangkan sepasang sayapnya dimana kali ini sebuah lingkaran dengan api yang berkobar mengelilingi mereka berdua.

Melihat apa yang Phoenix lakukan, Park Yeol ketakutan bukan main. Ia berteriak meminta tolong untuk dilepaskan.

Phoenix berjalan mendekat seraya berkata.

"Aku bukan ingin melakukan hal buruk padamu, wahai manusia! Aku hanya ingin membalas kebaikanmu!"

Mendengar ucapan Phoenix, Park Yeol bisa sedikit tenang.

"S-sungguh!"

"Hng! Aku Phoenix! Kau?"

"A-aku Park Yeol."

"Terima kasih banyak kau sudah membebaskan aku, Park Yeol. Sekarang sebagai-"

"T-tunggu dulu! Sebenarnya siapa kau ini? Bagaimana binatang bisa berbicara layaknya manusia?"

"Aku dewa yang diutus langit untuk menjaga kedamaian dunia. Tapi sayangnya manusia semakin dikuasai nafsu iblis. Perang terjadi dimana-mana dan dewa seperti kami banyak yang mati karena mereka buru."

Park Yeol tertegun tak percaya mendengar jawaban Phoenix. Seumur hidup ia memang tidak pernah meninggalkan desa. Kehidupannya hanya berkutat di lingkungan sekitar saja tanpa pernah menginjak dunia luar.

"Maka dari itu, aku akan memberikan seluruh kekuatanku padamu sebagai tanda balas jasa atas apa yang sudah kau lakukan."

"Tidak perlu! Kau tidak perlu melakukannya!"

"Park Yeol, aku harus melakukannya karena jika tidak nyawaku akan terus terancam. Lagipula ini juga sudah menjadi janjiku akan memberikan kekuatanku kelak pada manusia berhati tulus sepertimu."

"Bagaimana jika aku tidak seperti yang kau pikirkan, hm?"

Phoenix terdiam. Ia menatap lekat pada kedua mata hitam Park Yeol.

"Jika kau memang ingin membunuhku, kau tidak mungkin memberikan air minum terakhirmu padaku. Kau tidak mungkin bersusah payah, menghabiskan tenaga untuk melepaskan rantai dari tubuhku. Kau bisa saja menggunakan kapal yang kau miliki untuk memenggal kepalaku dibanding mencoba memutus rantainya."

Sekarang giliran Park Yeol yang terdiam membisu.

"Tapi aku tidak memerlukan kekuatan itu, Phoenix."

"Kau tidak tahu takdirmu di masa depan, Park Yeol. Dengan kekuatan ini kau bisa membantuku untuk mengembalikan kedamaian dunia dan menghentikan perang. Bukankah kau ingin membalaskan dendam atas kematian seluruh keluargamu?"

The Heirs Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang