Sinopsis :
Janice Cassandra - anak perempuan satu - satunya di dalam keluarga. Janice memiliki tiga orang Abang yang tampan dan sedikit tegas.
Karena perjanjian bisnis, Janice dijodohkan oleh sang Ayah - Kay Alexander, dengan seorang pria tampan be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— 𝜗𐑞 —
Tak ingin Janice mengomel, pagi-pagi sekali Biantara sudah ada di rumah Janice. Tidak lupa, Biantara juga membawakan buah-buahan segar.
Kebetulan sekali, Alexander beserta anak-anaknya sedang sarapan, Biantara pun di persilahkan untuk ikut sarapan bersama mereka.
"Kalian sudah mempersiapkan apa saja? Tema pernikahan dan gedung sudah?" tanya Alexander.
"Belum, hari ini jadwalnya fitting baju saja. Kalau gedung dan tema pernikahan akan Janice tentukan lusa."
"Sudah tahu mau di gedung mana? Jika, memang belum tahu ingin diadakan dimana, Papah ada beberapa rekomendasi dari klien."
"Sudah dapat kok."
"Ya, sudah kalau begitu. Jika ada masalah langsung bilang sama Papah, ya. Nanti biar Papah bantu selesaikan. Karena acaranya akan berlangsung sebentar lagi." ucap Alexander.
"Baik, terimakasih banyak, om." ujar Biantara.
"Panggil saya Papah saja, kan kalian berdua sebentar lagi akan jadi suami istri dan kamu akan jadi menantu saya."
"Iya, Pah."
Disisi lain, sejak Biantara mendudukkan dirinya di kursi ruang tamu, Anthonio menatapnya dengan sinis. Biantara yang menyadari hal itu, hanya membalasnya dengan senyuman. Tidak hanya Anthonio yang menatapnya seperti itu, tetapi Janice pun sama.
"Janice, apa saya ada salah?" tanya Biantara yang kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini.
Meskipun demikian, Biantara tetap saja tak yakin kalau kini Janice sedang baik-baik saja. Biantara berusaha mengingat-ingat kembali kejadian apa yang membuatnya sampai seperti ini.
"Tapi, saya gak yakin kalau kamu baik-baik saja."
Karena amarahnya sudah benar-benar memuncak, Janice menggebrak meja makan dengan sangat kencang. Seluruh anggota keluarganya sampai terkejut, termasuk Biantara.
"Sudah saya bilang, saya tidak apa-apa." tak ingin amarahnya semakin meluap, Janice bergegas pergi dan Biantara terus melihatnya.
Alexander pun menyuruh Biantara melanjutkan sarapannya dan tak usah menghiraukan Janice.
"Biarkan saja, mungkin Janice sedang mengalami masalah. Nanti juga kembali seperti semula." cegah Alexander yang melihat Biantara ingin menyusul Janice.