Sinopsis :
Janice Cassandra - anak perempuan satu - satunya di dalam keluarga. Janice memiliki tiga orang Abang yang tampan dan sedikit tegas.
Karena perjanjian bisnis, Janice dijodohkan oleh sang Ayah - Kay Alexander, dengan seorang pria tampan be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— 𝜗𐑞 —
Sesampainya di sana, Chakra langsung menyuruh anak buahnya mengeluarkan semua koper milik Janice dan Biantara. Karena pesawat masih dalam perjalanan kesini, Janice memakai waktu yang ada untuk makan siang.
Sementara itu, Biantara duduk di sampingnya sembari memainkan ponselnya. Biantara harus memastikan kalau Kalangga sudah menaiki bus yang akan mengantarkannya sampai kampung halaman.
"Gak kram apa jari kamu, sedari tadi megang handphone mulu? Harusnya istirahatkan dulu jari kamu, pasti mereka juga lelah." tegur Janice merasa dicuekin.
"Maaf sayang, habisnya Kalangga saya chat malahan tidak di balas sama dia, padahal ceklis dua. Dan aktif beberapa menit yang lalu."
"Biarkan saja, sementara waktu kita biarkan kak Kalangga sendirian dulu. Kalau kamu khawatir gini, takut dia merasa terganggu dan nantinya malah lama ikhlas."
"Tetap saja saya khawatir, saya takut dia malah melakukan hal yang berbahaya. Karena, terakhir kali saya bertemu, matanya benar-benar kosong sembari berbicara sendiri."
"Kak Kalangga seperti itu karena belum ikhlas, sayang. Jadi kita kasih dia waktu untuk sendiri dulu, jangan ganggu dia untuk beberapa hari ini. Kalau dirasa sudah reda, baru kamu chat lagi." ucap Janice.
"Ya, baiklah. Saya akan melakukannya."
Tetap saja, meskipun sudah mengiyakan perkataan sang istri, Biantara tetap merasa khawatir. Oleh karena itu, Biantara menyuruh beberapa bodyguardnya untuk memata-matai keseharian Kalangga selama disana. Dia melakukan ini karena khawatir dengan teman baiknya itu.
"Memang sih setiap orang yang sedang merasa kehilangan pasti rata-rata ingin melakukan hal yang berbahaya. Tapi, kalau pendirian kita kuat, saya yakin semua itu tidak akan terjadi." ujar Janice berusaha meyakinkan Biantara yang terlihat khawatir.
"Ya, saya sangat tahu itu, tapi tidak menutup kemungkinan kalau Kalangga nekat melakukan itu."
Walau sudah diberikan beberapa hal yang membuat rasa khawatirnya hilang, tetap saja Biantara tidak bisa berhenti mengkhawatirkan Kalangga yang saat ini masih dalam massa berkabung.
Yang namanya setan pasti selalu punya cara untuk menyesatkan dan mencelakakan manusia. Makannya Biantara takut Kalangga malah melakukan hal yang berbahaya.
Terlalu khawatir, badan Biantara sampai gemetaran dan jidatnya di penuhi keringat dingin. Ini pertama kalinya ia merasakan seperti ini.
Janice pun berinisiatif memenangkan Biantara dengan cara memeluknya kemudian menepuk punggungnya supaya lebih relaks.
"Udah, jangan memikirkan hal yang tidak-tidak, pikirkan saja hal yang positif. Bentar lagi pesawat datang, massa iya kamu malah kayak begini?" ucap Janice dengan nada yang sangat lembut.
"Cium dulu bibir saya, supaya tidak memikirkan sesuatu yang negatif." pintanya sambil menunjuk bibirnya.
Janice pun melihat sekelilingnya, karena suasana di bandara tampak lenggang dengan cepat Janice langsung melakukan permintaan Biantara.