Sinopsis :
Janice Cassandra - anak perempuan satu - satunya di dalam keluarga. Janice memiliki tiga orang Abang yang tampan dan sedikit tegas.
Karena perjanjian bisnis, Janice dijodohkan oleh sang Ayah - Kay Alexander, dengan seorang pria tampan be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— 𝜗𐑞 —
Sebagai tanda permintaan maafnya atas kejadian tadi, Biantara mengajak Janice ke suatu tempat yang biasa Biantara datangi saat sedang merasa sedih.
Biantara menyelaraskan langkah nya dengan Janice. Dari raut wajahnya, Biantara tahu pasti Janice masih marah karena kejadian tadi.
"Ayo dong, jangan marah terus."
"Jangan ajak saya ngobrol dulu." ucap Janice dengan wajah datar.
"Saya akui apa yang saya lakukan tadi sangat berlebihan dan keterlaluan. Tapi, saya melakukan itu di luar kendali saya." ujar Biantara dengan mata yang berkaca-kaca menahan nangis.
Sebenarnya Janice juga merasa tak tega memperlakukannya seperti ini, tapi mau bagaimana lagi. "Kamu bukan anak kecil lagi, jangan menangis. Nanti orang-orang kira saya ngapa-ngapain kamu."
"Saya tidak menangis, saya sedang berusaha menahannya. Lagipula, saya tidak bisa jika kamu silent treatment begini."
"Anggap saja ini hukuman dari saya."
"Apa tidak bisa menghukum saya yang lain? Kalau di diami seperti ini, saya tidak bisa."
Janice menghela nafas kasar, "Sudahlah, kalau kamu mengajak saya ketempat ini hanya untuk memohon lebih baik kita pulang saja. Kerjaan saya di kantor menumpuk."
"Jangan! Massa sudah jauh-jauh kesini malah pulang sih, asal kamu tau, ya. Kamu orang pertama yang saya ajak ke tempat ini."
"Mau saya orang pertama atau kedua sekalipun, jika kamu masih memohon dan membahas yang tadi lebih baik pulang saja."
"Baiklah, saya janji tidak akan membahasnya lagi. Mari kita, membahas yang lain saja."
"Ya."
"Janice, apa saya boleh bertanya sesuatu?"
"Tanya apa?"
"Tapi, kamu harus jawab jujur, ya."
"Ya."
"Sebenarnya kamu terima perjodohan ini terpaksa atau tidak? Dan kalau saya boleh tahu apa alasan kamu terima perjodohan ini?"
"Sejujurnya saya terpaksa sih, tapi karena sesuatu hal saya jadi harus menerima perjodohan ini. Kamu sendiri?"
"Dari awal saya hanya menyetujui saja, terus alasan terima perjodohan ini karena saya muak juga sering di bilang gak laku sama teman-teman saya. Padahal saya bukan gak laku, tapi saya sedang mencari wanita yang tepat."