Prolog

654 38 0
                                    

Sore itu, matahari mulai meredup di ufuk barat, memancarkan sinar keemasan yang menerpa lapangan basket sekolah. Suara sepatu yang berderit di atas aspal, gemuruh bola yang memantul, dan teriakan semangat para pemain mengisi udara. Di tepi lapangan, seorang gadis berdiri dengan mata yang tak lepas dari satu sosok di tengah lapangan. Jennie, gadis berambut gelombang dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya, sedang mengamati Lisa, pemain basket andalan sekolah yang baru saja mencetak angka.

Bukan pertama kalinya Jennie menyaksikan latihan basket itu. Setiap sore sepulang sekolah, ia selalu menyempatkan diri untuk berada di pinggir lapangan, berpura-pura sibuk menggambar di buku sketsanya. Namun, hatinya selalu berdebar lebih kencang setiap kali Lisa berlari melewati garis tiga angka atau melakukan layup yang lincah.

Di tengah lapangan, Lisa mengusap keringat di dahinya, lalu sekilas melirik ke arah Jennie. Ada perasaan hangat yang merambat di dadanya setiap kali melihat gadis itu berdiri di sana, sorakannya yang lirih namun jelas terdengar, membuat semangatnya membara. Ia selalu tahu, di balik setiap lemparan dan setiap usaha untuk mencetak angka, ada sepasang mata yang diam-diam menyemangatinya dari jauh.

Bagi Jennie, lapangan basket ini bukan hanya tempat olahraga, melainkan juga tempat di mana perasaannya mulai tumbuh perlahan tapi pasti. Ia tidak pernah berani menyapa Lisa secara langsung, hanya berani menatapnya dari kejauhan. Namun, ada sesuatu dalam detak jantungnya yang semakin cepat setiap kali melihat senyum Lisa setelah mencetak angka, seolah-olah lapangan ini menyimpan harapan yang lebih besar dari sekadar kemenangan dalam sebuah pertandingan.

Bagi Lisa, setiap lemparan bola ke ring adalah caranya untuk menunjukkan keberaniannya, meskipun ia tidak pernah mengutarakannya secara langsung. Detak jantungnya yang kencang saat Jennie berada di tepi lapangan adalah rahasia kecil yang ia simpan sendiri. Dan di bawah langit sore Florence yang perlahan meredup, dua hati mulai menemukan irama yang sama detak jantung yang saling bersahutan di lapangan basket yang telah mempertemukan mereka.

Detak Jantung di Lapangan BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang