Bab 30 Momen Bahagia

144 11 0
                                    

Hari-hari setelah pertemuan dengan Kai membuat Jennie dan Lisa semakin kuat dalam hubungan mereka. Mereka berusaha untuk saling mendukung dan berbagi semua kekhawatiran yang ada, menjadikan komunikasi sebagai prioritas utama. Semangat Lisa semakin membara, dan ia pun berlatih lebih giat untuk persiapan pertandingan berikutnya.

Saat malam perayaan kemenangan tim basket diadakan, Jennie merasa sangat bersemangat. Acara ini tidak hanya merayakan prestasi tim, tetapi juga memberikan kesempatan bagi seluruh siswa untuk bersenang-senang. Di tengah keramaian, mereka akan merayakan hasil kerja keras yang telah mereka lakukan.

Jennie tiba lebih awal di tempat acara, membantu panitia untuk menyiapkan dekorasi. Ketika Lisa tiba, wajahnya bersinar cerah saat melihat Jennie. "Hei, apa aku sudah terlambat?" tanyanya sambil tersenyum lebar.

Jennie menoleh dan tersenyum kembali. "Tidak, kamu tepat waktu! Mari bantu kita menyelesaikan ini!"

Acara berlangsung meriah, dengan penampilan band dari sekolah dan berbagai permainan yang diadakan. Semua siswa tampak bersemangat, dan suasana sangat riang. Ketika malam tiba, saatnya untuk memberi penghargaan kepada tim basket yang telah membawa pulang piala juara. Lisa merasa sedikit gugup saat namanya dipanggil sebagai bagian dari tim yang menerima penghargaan.

Setelah upacara penghargaan, mereka berencana untuk berfoto bersama. Jennie bergabung dengan Lisa dan rekan-rekannya, merangkul Lisa dan berteriak kegirangan ketika kamera mengklik. "Ini adalah salah satu momen terbaik!" serunya.

Setelah semua selesai, Jennie dan Lisa memutuskan untuk mengambil napas sejenak. Mereka pergi ke taman di dekat sekolah, di mana mereka bisa menikmati ketenangan malam. Bulan bersinar cerah, dan udara malam terasa segar. Jennie duduk di bangku taman sambil memperhatikan bintang-bintang.

"Aku sangat bangga padamu," Jennie berkata sambil menatap Lisa. "Kamu benar-benar memberi semua yang kamu punya di lapangan."

"Semua itu berkat dukunganmu, Jen. Tanpamu, aku mungkin tidak akan sejauh ini," jawab Lisa, tersenyum tulus.

Mereka saling bertukar cerita tentang harapan dan impian untuk masa depan, memperkuat ikatan mereka. Lisa merasa beruntung memiliki Jennie di sisinya, sementara Jennie merasa Lisa adalah bagian terpenting dari hidupnya.

Ketika malam semakin larut, Jennie berani mengambil langkah maju. "Lisa, aku ingin kita lebih dari sekadar pacar. Aku ingin kita saling mendukung dan berbagi impian, seperti tim basket kita," ujarnya dengan wajah bersemangat.

Lisa memegang tangan Jennie dan menatap dalam-dalam ke matanya. "Aku juga berpikir hal yang sama, Jennie. Kita bisa jadi tim yang hebat, tidak hanya di lapangan, tetapi juga dalam hidup."

Jennie merasakan jantungnya berdegup kencang saat Lisa perlahan mendekat. Mereka saling mendekat, dan dalam momen yang sempurna itu, Lisa menundukkan kepalanya dan mencium Jennie dengan lembut. Ciuman itu tidak hanya mengekspresikan cinta mereka, tetapi juga semua harapan dan impian yang ingin mereka capai bersama.

Saat mereka berpisah, mereka tersenyum satu sama lain, tahu bahwa mereka telah mengambil langkah baru dalam hubungan mereka. "Mari kita jalani ini bersama, ya?" Lisa berbisik.

"Ya, selamanya," jawab Jennie dengan penuh keyakinan.

Malam itu menjadi penutup yang manis bagi perjalanan mereka, menandai awal dari babak baru yang penuh cinta, dukungan, dan kebahagiaan. Mereka siap menghadapi semua tantangan yang ada di depan, bersama-sama. 

end.

Detak Jantung di Lapangan BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang