Bab 6 Langkah yang lebih Dekat

93 6 0
                                    

Hari-hari berlalu, dan meskipun rutinitas sekolah dan latihan basket tetap sama, hubungan antara Jennie dan Lisa perlahan berubah. Ada percakapan singkat di sela-sela latihan, tawa bersama ketika Lisa berusaha mengajarkan trik-trik basket, dan momen-momen di mana mereka saling menatap lebih lama dari biasanya. Jennie merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan, meskipun belum ada yang berani mengungkapkan perasaan secara langsung.

Suatu sore setelah latihan, ketika sebagian besar tim sudah pulang, Lisa mendekati Jennie yang sedang sibuk menggambar sketsa baru di buku gambarnya. "Hei, lagi bikin apa kali ini?" tanyanya sambil melirik sketsa yang masih setengah jadi.

Jennie tersenyum tanpa mengangkat kepalanya. "Cuma gambar pemandangan lapangan basket dari sudut berbeda. Aku pikir akan menarik untuk coba sesuatu yang baru."

Lisa mengangguk pelan, lalu duduk di sebelah Jennie. "Sepertinya kamu selalu punya cara unik untuk melihat sesuatu, ya. Bahkan lapangan basket yang sama bisa terlihat berbeda tiap harinya buatmu."

Jennie menutup bukunya perlahan, merasa jantungnya berdetak lebih cepat karena kedekatan Lisa. "Mungkin karena setiap hari selalu ada yang baru. Seperti kemarin, saat kamu berhasil melakukan gerakan dunk yang keren itu."

Lisa tertawa. "Ah, itu cuma kebetulan bisa berhasil. Tapi, ngomong-ngomong, aku punya ide yang sedikit gila."

Jennie mengangkat alisnya dengan penasaran. "Ide gila apa?"

"Aku tahu kamu nggak terlalu suka olahraga, tapi bagaimana kalau kita coba jalan-jalan sore ini di sekitar taman kota?" tawar Lisa. "Anggap saja sebagai cara untuk melepaskan penat setelah sekolah dan latihan."

Jennie terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Boleh juga. Sudah lama aku nggak jalan-jalan di taman."

Mereka pun berjalan bersama ke taman kota yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Sepanjang perjalanan, mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari sekolah, hobi, hingga mimpi-mimpi yang ingin dicapai. Ada kebebasan yang Jennie rasakan saat berbicara dengan Lisa, seolah-olah dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa takut dihakimi.

Ketika mereka sampai di taman, matahari sudah hampir tenggelam, menyisakan cahaya jingga di langit. Lisa dan Jennie berjalan santai menyusuri jalan setapak yang dipenuhi pohon-pohon rindang. Di salah satu sudut taman, mereka menemukan sebuah bangku kosong di dekat danau kecil, dan memutuskan untuk duduk di sana.

"Aku selalu suka datang ke sini saat sore," ujar Lisa. "Rasanya tenang, dan pemandangannya selalu indah."

Jennie mengangguk setuju, menatap air danau yang memantulkan warna langit senja. "Iya, tempat ini memang cantik."

Lisa menoleh ke arah Jennie, memperhatikan wajahnya yang terpantul cahaya senja. Ada keindahan alami yang terpancar darinya, dan untuk pertama kalinya, Lisa merasa dorongan kuat untuk menyampaikan apa yang sudah lama ia pendam.

"Jennie, aku mau bilang sesuatu," ujar Lisa pelan namun tegas.

Jennie menoleh, menatap Lisa dengan mata berbinar. "Apa itu?"

Lisa menarik napas dalam-dalam, lalu mengumpulkan keberanian. "Aku nggak tahu kapan tepatnya, tapi... perasaanku ke kamu udah berubah. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda saat bersamamu. Aku suka kamu, Jennie. Lebih dari sekadar teman."

Kata-kata itu menggantung di udara. Jennie merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak. Ia tidak menyangka Lisa akan mengatakannya begitu langsung, namun di saat yang sama, ada rasa hangat yang mengalir di dalam hatinya. Ia sendiri merasakan hal yang sama selama ini, meski belum berani mengakuinya.

"Aku... juga merasakan hal yang sama, Lisa," jawab Jennie, suaranya hampir berbisik. "Aku juga suka sama kamu."

Lisa tersenyum lebar, rasa lega terpancar jelas di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa tersenyum lebar, rasa lega terpancar jelas di wajahnya. Mereka saling menatap seolah mengerti bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang indah. Tanpa banyak bicara lagi, mereka kembali memandang danau, menikmati momen damai itu bersama. Sore itu, di bawah langit senja, detak jantung mereka yang berdebar kencang menyatu dalam kebersamaan yang penuh harapan.

Detak Jantung di Lapangan BasketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang