Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba hari ujian akhir. Lisa dan Jennie bangun pagi-pagi sekali, merasakan campuran antara kecemasan dan semangat. Matahari bersinar cerah, seolah menyemangati mereka untuk menghadapi tantangan yang ada di depan.
Setelah sarapan ringan, mereka memutuskan untuk berangkat ke sekolah bersama. Di jalan, Jennie berusaha mencairkan suasana dengan menceritakan lelucon ringan, sementara Lisa hanya tersenyum. Ia merasa sedikit tidak nyaman, tetapi kehadiran Jennie memberinya kekuatan.
"Saatnya kita menunjukkan apa yang sudah kita pelajari! Ingat, kita sudah berjuang bersama untuk ini!" kata Jennie dengan semangat.
Sesampainya di sekolah, suasana di dalam kelas terasa tegang. Beberapa teman sekelas mereka terlihat gelisah, sementara yang lainnya berusaha terlihat tenang. Lisa dan Jennie saling bertukar senyum, mencoba memberikan dukungan di tengah ketegangan.
Setelah guru memasuki kelas dan menjelaskan aturan ujian, semua siswa mulai menerima lembar soal. Detak jantung Lisa semakin cepat saat ia membuka lembar soal pertama. Ia menatap pertanyaan demi pertanyaan, berusaha mengingat semua yang telah dipelajarinya.
Di sebelahnya, Jennie juga terlihat fokus, namun sesekali ia mencuri pandang ke arah Lisa, ingin memastikan ia baik-baik saja. Ketika Lisa merasa terjebak dengan satu soal, ia merasa matanya mulai berkunang-kunang. Namun, saat ia melirik ke arah Jennie, ia melihatnya mengangguk memberinya semangat.
"Aku bisa melakukannya," bisik Lisa dalam hati, berusaha menenangkan diri. Ia kembali menatap soal dan berusaha menjawabnya dengan sabar. Dengan setiap jawaban yang ditulis, ia merasa sedikit lebih percaya diri.
Namun, di tengah ujian, Lisa merasakan tekanan yang semakin meningkat. Saat waktu terus berjalan, ia merasa kesulitan untuk fokus dan mulai mengalami kegelisahan. Akhirnya, ia terpaksa berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya.
Ketika waktu ujian hampir habis, Lisa menyadari bahwa ia belum menyelesaikan semua pertanyaan. Dengan cepat, ia mulai mengisi jawaban berdasarkan apa yang ia ingat. Di sisi lain, Jennie juga terlihat sedikit panik, tetapi ia berusaha tetap tenang dan fokus.
Setelah bel berbunyi menandakan akhir ujian, Lisa merasa campur aduk. Ia tidak yakin apakah ia sudah melakukan yang terbaik. Jennie melihat Lisa dengan khawatir. "Lisa, bagaimana menurutmu? Apa kamu sudah menjawab semua soal?" tanyanya.
"Entahlah, Jen. Rasanya sulit sekali. Aku tidak yakin aku bisa mendapatkan nilai yang bagus," jawab Lisa dengan nada pesimis.
Jennie meraih tangan Lisa dan menatapnya dalam-dalam. "Ingat, kita sudah berjuang keras untuk ini. Tidak peduli apa pun hasilnya, aku bangga padamu. Kita sudah melakukan yang terbaik," katanya penuh keyakinan.
Setelah ujian selesai, mereka pergi ke kantin untuk beristirahat dan menenangkan pikiran. Lisa merasa sedikit lebih baik setelah berbicara dengan Jennie, tetapi tetap ada rasa cemas yang menggelayuti pikirannya.
Di kantin, mereka duduk bersama dan berbagi makanan ringan. "Bagaimana kalau kita merayakan hari ini, terlepas dari hasilnya?" usul Jennie dengan senyuman.
"Bagaimana kalau kita pergi ke bioskop akhir pekan ini?" Lisa menjawab, sedikit lebih bersemangat. "Aku rasa kita pantas mendapatkan waktu santai setelah semua ini."
Jennie setuju dengan antusias. "Itu ide yang bagus! Kita bisa menonton film yang sudah lama kita tunggu-tunggu. Sekarang, mari kita nikmati makanan ini dan tidak memikirkan ujian lagi."
Dengan sedikit kelegaan, mereka menghabiskan waktu bersama, tertawa dan berbagi cerita. Lisa menyadari bahwa terlepas dari ketegangan yang mereka hadapi, momen-momen ini adalah yang paling berarti—waktu yang dihabiskan bersama orang yang dicintainya.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Romance"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...