Minggu-minggu pemulihan Lisa akhirnya membuahkan hasil. Meski masih ada sedikit rasa sakit, ia merasa lebih kuat dan siap untuk kembali mencoba berlatih. Setelah izin dari dokter, Lisa mulai mengikuti latihan ringan untuk membiasakan diri dengan aktivitas fisik lagi. Jennie yang setia menemaninya, selalu ada di pinggir lapangan untuk memberi dukungan dan semangat.
Ketika Lisa pertama kali kembali ke lapangan basket, ada campuran rasa gugup dan semangat dalam dirinya. Ia belum sepenuhnya pulih, tetapi keinginan untuk kembali berlatih membuatnya bertekad untuk memberikan yang terbaik. Tim menyambutnya dengan antusias, memberi semangat dan dukungan untuk membuatnya merasa kembali menjadi bagian dari mereka.
Latihan hari itu dimulai dengan pemanasan ringan dan teknik dasar. Lisa masih harus menahan diri dan tidak terlalu memaksakan, namun ia berusaha mengikuti ritme tim dengan sebaik mungkin. Ketika tiba saatnya untuk melakukan latihan tembakan, Lisa maju ke depan, mengambil bola dan mencoba tembakan pertamanya setelah lama absen. Bola itu meluncur menuju ring, memantul dan meleset tipis.
Jennie, yang melihat dari pinggir lapangan, bertepuk tangan dan berteriak memberi semangat. "Ayo, Lisa! Kamu pasti bisa!"
Dengan semangat baru, Lisa mencoba lagi, dan kali ini tembakannya berhasil masuk dengan sempurna. Rekan-rekan satu timnya bersorak gembira dan memberikan tepukan di punggungnya. Pelatih tersenyum dari jauh, merasa lega melihat perkembangan positif dari Lisa. Meskipun masih ada jalan panjang untuk benar-benar kembali dalam kondisi puncak, ini adalah langkah awal yang penting.
Setelah latihan berakhir, Lisa berjalan keluar lapangan dengan senyum lebar di wajahnya. "Terima kasih sudah datang dan kasih semangat, Jennie," kata Lisa pada Jennie saat mereka berjalan bersama ke tempat parkir.
Jennie mengangguk sambil tersenyum lebar. "Itu sudah tugasku, kan? Lagipula, aku pengen lihat kamu kembali bermain dengan sepenuh hati. Aku tahu betapa pentingnya basket buat kamu."
Ketika mereka tiba di parkiran, Lisa merasa ada sesuatu yang berbeda dengan dirinya sejak cedera itu. Pengalaman jauh dari lapangan membuatnya semakin menghargai setiap momen ketika ia bisa kembali berlatih, dan kehadiran Jennie di sisinya membuatnya semakin kuat. Mereka mengobrol sebentar sebelum akhirnya Jennie mengajak Lisa untuk merayakan kemajuan kecil ini dengan makan malam di kafe favorit mereka.
Di kafe, suasana hangat dan nyaman saat mereka duduk di dekat jendela, menikmati makanan sambil bercerita tentang hal-hal kecil yang membuat mereka tertawa. Jennie bercerita tentang kegiatannya di sekolah dan hal-hal lucu yang ia alami dengan teman-temannya, sementara Lisa menceritakan bagaimana perasaannya bisa kembali ke lapangan meskipun dengan tantangan yang masih ada.
Malam itu menjadi momen penting bagi mereka. Di tengah perbincangan, mereka menyadari bahwa hubungan mereka telah berkembang lebih dari sekedar dukungan saat masa sulit. Ada rasa saling melengkapi dan kebersamaan yang telah mereka bangun secara alami. Lisa merasakan dorongan baru untuk terus berjuang, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang yang selalu ada di sisinya.
Dengan ini berakhir dengan Lisa yang semakin yakin bahwa dirinya bisa kembali pulih sepenuhnya, dan bahwa ia tidak akan melalui perjalanan ini sendirian. Keberadaan Jennie yang setia di sampingnya memberinya motivasi lebih besar dari yang pernah ia bayangkan, dan ia siap menghadapi tantangan yang akan datang dengan semangat baru.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Romance"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...