Setelah malam romantis yang penuh ciuman dan pengakuan cinta, Lisa dan Jennie merasa seolah-olah mereka terbang di atas awan. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, karena mereka segera dihadapkan pada ujian yang bisa menguji kekuatan hubungan mereka.
Di sekolah, tekanan untuk mempersiapkan ujian akhir semakin meningkat. Lisa yang biasanya menjadi yang teratas di kelas mulai merasa stres. Ia memiliki harapan untuk mendapatkan beasiswa ke universitas impian, dan hal itu membuatnya khawatir. Sementara itu, Jennie juga merasa tekanan yang sama, terutama karena ia ingin memberikan yang terbaik untuk tim basketnya.
Suatu sore, saat mereka bertemu di perpustakaan untuk belajar bersama, Lisa terlihat lebih pendiam dari biasanya. Jennie menyadari perubahan sikap Lisa dan bertanya, "Lisa, ada apa? Kamu terlihat tidak seperti biasanya."
Lisa menghela napas dan menatap buku-buku di depannya. "Aku merasa tertekan dengan ujian yang akan datang. Aku ingin mendapatkan nilai yang bagus, tetapi semakin aku belajar, semakin aku merasa tidak mampu," katanya dengan nada putus asa.
Jennie menggenggam tangan Lisa dengan lembut. "Kita bisa melakukan ini bersama. Kita saling mendukung, kan? Aku juga merasa tertekan, tapi kita tidak perlu menghadapi ini sendirian," ujarnya, mencoba menguatkan Lisa.
Namun, Lisa tampak semakin gelisah. "Tapi Jen, aku merasa seperti semua orang mengandalkan aku. Aku tidak ingin mengecewakan siapa pun, terutama orang tuaku," katanya, suaranya mulai bergetar.
Jennie mengerti betapa berat beban yang dipikul Lisa. Ia ingin menenangkan Lisa, tetapi ia juga merasakan kecemasan yang sama. "Lisa, kamu tidak sendirian. Aku percaya pada kemampuanmu, dan yang terpenting, kita bisa saling membantu," ucapnya.
Walaupun Jennie berusaha memberikan semangat, Lisa merasa terjebak dalam tekanan dan ekspektasi yang tinggi. Malam-malam berikutnya, ia menghabiskan waktu belajar sendirian, menolak ajakan Jennie untuk bersantai sejenak. Jennie merasa cemas dan bingung melihat Lisa semakin menjauh.
Suatu malam, Jennie memutuskan untuk mengunjungi Lisa di rumahnya. Ia mengetuk pintu dan berharap bisa berbicara dengan Lisa. Ketika Lisa membuka pintu, wajahnya tampak lelah dan cemas.
"Lisa, kita perlu bicara," Jennie berkata dengan tegas, melihat betapa beratnya ekspresi Lisa.
Lisa mengangguk, dan mereka duduk di ruang tamu. Jennie memulai pembicaraan, "Kamu tidak bisa terus-menerus memikul beban ini sendirian. Aku tahu kamu ingin memberikan yang terbaik, tapi kamu juga perlu menjaga kesehatanmu. Kita bisa belajar bersama dan saling mendukung."
Lisa terdiam sejenak, merasakan ketulusan dalam kata-kata Jennie. "Aku hanya tidak ingin mengecewakanmu atau orang lain," katanya dengan nada putus asa.
Jennie meraih tangan Lisa dan menatapnya dalam-dalam. "Dengar, kamu tidak perlu membuktikan apapun kepada siapapun. Yang penting bagi aku adalah kamu, bukan hanya nilai ujianmu. Kita bersama dalam ini. Aku mencintaimu, dan aku ingin kita berdua bisa melewati ini tanpa merusak hubungan kita," ujarnya dengan penuh emosi.
Mendengar kata-kata Jennie membuat Lisa terharu. Ia merasakan beban yang ia pikul terasa lebih ringan. "Jen, aku minta maaf. Aku hanya takut tidak cukup baik untukmu," katanya, air mata mengalir di pipinya.
Jennie segera memeluk Lisa, memberikan dukungan dan kehangatan yang sangat dibutuhkan. "Kamu lebih dari cukup untukku. Kita akan melalui ini bersama. Kita akan belajar bersama dan saling mendukung sampai hari ujian," katanya, berusaha menguatkan Lisa.
Malam itu, mereka menghabiskan waktu belajar bersama dengan lebih santai. Jennie membawakan makanan ringan dan berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan. Saat mereka belajar, mereka berbagi tawa dan cerita, seolah-olah beban ujian tidak lagi mengganggu mereka.
Lisa menyadari bahwa memiliki Jennie di sisinya adalah anugerah. Cinta mereka memberikan kekuatan untuk menghadapi segala tantangan. Dalam perjalanan belajar itu, mereka belajar bahwa cinta bukan hanya tentang momen bahagia, tetapi juga tentang saling mendukung di saat-saat sulit.
tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/380018123-288-k794870.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Jantung di Lapangan Basket
Romance"Detak Jantung di Lapangan Basket" adalah cerita tentang dua remaja, Jennie dan Lisa, yang saling menyukai tetapi belum berani mengungkapkan perasaannya. Mereka bersekolah di High School yang sama, dan setiap hari sepulang sekolah, Jennie sering ter...